“ Kami juga meminta ke tenaga pendidik di Tapsel untuk dapat memberikan yang terbaik dalam Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) yang rencananya akan digelar pada HUT RI ke-77. Ke luar dari zona nyaman dan nanti direncanakan terkait konsep revitalisasi bahasa daerah dalam FTBI nanti, “ terangnya.
Sebelumnya Anggota KKLP di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, Saifuddin Zuhri Harahap, dalam sambutannya, menyatakan, menurut data dari UNESCO dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, ada 200 bahasa daerah di dunia yang punah. Di Indonesia sendiri, terdata 718 bahasa daerah. Dari 718 bahasa daerah tersebut, banyak yang terancam punah.
“ Kepunahan, disebabkan karena penutur jatinya tidak lagi gunakan dan mewariskan bahasa daerah ke generasi berikutnya. Guna merespons kondisi itu, Kementerian Pendidikan meluncurkan program berupa, revitalisasi bahasa daerah. Adapun yang menjadi sasaran revitalisasi bahasa daerah antara lain, komunitas tutur, guru, kepala sekolah, pengawas, maupun siswa di sekolah, " katanya.
Menurut Saifuddin, sangatlah penting, mengingat bahasa daerah adalah wujud kekayaan ke-Bhinekaan Indonesia. Untuk itu, dia mengajak semua pihak untuk melestarikan bahasa daerah dengan cara mengembangkannya agar tetap adaptif terhadap perubahan zaman dan terus jadi ciri ke-Indonesiaan.
“ Untuk Sumut sendiri ada 3 bahasa daerah yang menjadi objek dari revitalisasi di antaranya, Bahasa Melayu dialek Panai, Bahasa Melayu dialek Sorkam, dan Bahasa Batak dialek Angkola. Tujuan dari revitalisasi bahasa daerah ini yaitu, para penutur muda akan menjadi penutur aktif dalam mempelajari bahasa daerah, “ katanya.
Ia menambahkan, untuk menjaga kelangsungan hidup bahasa dan sastra daerah, kiranya dapat menemukan fungsi dan ranah baru dari sebuah bahasa dan sastra daerah dan dapat menciptakan kreativitas dan kemerdekaan bagi para penutur bahasa daerah untuk mempertahankan bahasanya.
“ Guna memacu revitalisasi bahasa daerah nanti, juga akan digelar FTBI di akhir 2022. Di dalam FTBI nanti, akan ditampilkan karya berupa membaca dan menulis bahasa daerah, menulis cerita pendek, membaca dan menulis puisi (sajak/gurit), mendongeng, pidato, tembang tradisi (pupuh/macapat), dan komedi tunggal (stand up comedy), “ ucap dia (RI)