"Jika merusak, membunuh atau menghancurkan, itu bukan syariat, walaupun dilabeli atas nama Islam," tegas Ma'ruf.
Karena itu pula katanya, nilai keislaman sebagai Agama yang Rahmatan Lil Alamin, tercermin dari sikap toleransi beragama yang ada di Sumatera Utara, khususnya di Barus sebagai pintu masuknya Islam ke Indonesia. Sehingga banyak pula orang-orang pintar bahkan ulama dari berbagai negara, datang ke Indonesia untuk belajar bagaimana bangsa ini menjaga kerukunan dan toleransi.
"Kalau dulu para ulama dan orang pintar dari Timur Tengah untuk mengajarkan Agama. Sekarang mereka datang untuk belajar Islam yang Rahmatan Lil Alamin. Karena kita menjaga Islam seutuhnya, sebagai rahmat seluruh alam," tambahnya.
Untuk itu lanjut Ma'ruf Amin, berkah dari Allah, yang menurunkan Islam di Barus, perlu ada upaya menjaga nilai sejarah tersebut, tidak hanya sekadar mendirikan bangunan sebagai pengingat saja. Tetapi bagaimana menghadirkan monumen yang menginspirasi.
"Bukan (monumen) yang mati (simbol), tetapi menginspirasi. Buatlah tempat pendidikan, pengajian, kalau perlu universitas, sebagai tanda titik nol peradaban Islam di Nusantara," kata Ma'ruf, sembari menyebut rencana tokoh nasional, Akbar Tanjung yang berencana mendirikan Universitas Islam di Barus.
Senada dengan itu, Ketua Umum Jam'iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI) Arif Rahmansyah Marbun menyampaikan rasa terima kasih atas kedatangan Wapres beserta rombongan di Barus. Mengingat kawasan ini dahulunya adalah kota pelabuhan internasional yang disinggahi para pedagang dari belahan dunia, dengan berbagai etnis dan suku.
"Tidak dapat dipungkiri jika ekspedisi Islam juga dengan cepat masuk dan berkembang di sini. Keberadaan makam Aulia di Barus cukuplah menjadi bukti persemaian dakwah Islam di kota yang bertuah ini. Yang ingin kami sampaikan bahwa berdasarkan catatan sejarah, di samping sebagai Kota Aulia kota yang memiliki banyak makam Aulia di tanah Barus ini, juga pernah berdiri beberapa kesultanan," katanya.