Sang ibu, Medi Sinaga (42), yang setia mendampingi, tampak terharu melihat putrinya kembali punya kesempatan untuk sembuh. Sudah lama kami menunggu program seperti ini dan ia tidak sanggup kalau harus operasi sendiri.
" Biaya operasi mata kan tidak murah. Kami sangat bersyukur ada PTAR yang membantu anak saya tanpa biaya. Program dari PTAR ini sangat menolong anak saya, ” tutur Medi dengan mata berkaca-kaca.
Baca Juga: Bupati Bogor Resmikan Flyover Soebianto dan Teken Tiga Kerja Sama Strategis di Tenjo
Lain lagi kisah haru datang dari Safrizal Tanjung (64), seorang pedagang asal Desa Gunung Tua, Mandailing Natal. Dua tahun terakhir, Safrizal nyaris tak bisa berdagang karena penglihatannya terganggu akibat katarak. Ia datang bersama beberapa rekannya setelah mendengar kabar dari tetangga yang sudah pernah ikut operasi.
“ Operasinya cepat, tidak sakit dan setelah itu langsung bisa melihat lagi. Rasanya seperti dilahirkan kembali, ” ujar Safrizal dengan mata berbinar.
Ia merasa berterima kasih kepada PTAR yang telah menggelar kegiatan ini secara gratis dan profesional. “ Kami rakyat kecil hanya bisa mendoakan semoga kegiatan ini terus ada setiap tahun, ” ucapnya lirih.
Tahun ini, program yang mengusung tema, 'Buka Mata Lihat Indahnya Dunia' kembali hadir, menyapa ribuan pasien yang merindukan cahaya. Di RSUD Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan, ebanyak 84 mata dari 68 pasien berhasil dioperasi, menambah panjang daftar keberhasilan program yang telah memulihkan lebih dari 12.800 mata sejak dimulai.
Baca Juga: Sinergi Pemkab Tapsel dan BI Dukung Petani Kembangkan Gama Gora 7
" Bagi kami, operasi katarak ini bukan sekadar program sosial, tetapi wujud nyata dari semangat berbagi. Melihat pasien tersenyum setelah bisa kembali melihat dunia, itu kebahagiaan yang tidak bisa diukur dengan angka, ” ungkap Rahmat Lubis di sela kegiatan operasi katarak di RSUD Sipirok.
Rahmat menyatakan, program operasi katarak ini bukan sekadar kegiatan sosial sesaat. Program ini lahir dari semangat perusahaan tambang yang beroperasi di Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, untuk mengembalikan harapan bagi masyarakat sekitar.
“ Operasi katarak ini adalah bagian dari komitmen kami dalam mendukung kesehatan masyarakat, khususnya di wilayah operasional, ” ujar Rahmat Lubis, General Manager Operations & Deputy Director Operations PTAR.
Menurut Rahmat, sejak awal, PTAR memandang kesehatan sebagai pondasi penting bagi pembangunan berkelanjutan. Karena itu, kegiatan ini dijalankan bukan hanya di satu titik, melainkan secara berkelanjutan di lima rumah sakit berbeda yakni di RS Bhayangkara Batangtoru, RSUD Pandan Tapanuli Tengah, RSUD Sipirok Tapanuli Selatan, RS Mata Siantar dan RS Mata Mencirim 77 Medan.
“ Tahun ini kami menargetkan 1.400 mata untuk dioperasi. Jika tercapai, maka lebih dari 13.000 mata telah tertolong sejak program ini pertama kali digelar, ” jelas Rahmat penuh semangat.
Berbeda dari program sosial lain yang hasilnya baru terasa dalam jangka panjang, operasi katarak menghadirkan perubahan nyata hanya dalam hitungan jam. Pasien datang dengan penglihatan kabur dan pulang dengan senyum lebar karena bisa melihat kembali wajah keluarga dan dunia di sekelilingnya.
Bahkan, PTAR menanggung seluruh biaya operasi hingga akomodasi pasien yang datang dari luar kota. Beberapa pasien rela menempuh perjalanan empat hingga lima jam hanya untuk mendapatkan kesempatan kembali melihat.