Aceh Utara (ADV) - Realitasonline.id| Prevalensi balita penderita stunting di Kabupaten Aceh Utara sendiri berada pada angka 38,3 menurut lembaga Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), sehingga semua stakeholder diminta pusatkan perhatian dalam mengatasi hal tersebut.
Hal itu, disampaikan pemateri dalam kegiatan rembuk stunting 2024 di aula setdakab Aceh Utara, Jalan Medan - Banda Aceh Landing, Kecamatan Lhoksukon, beberapa waktu lalu.
Pihaknya juga tidak menafikan tanggung jawab Dinkes terhadap masyarakat untuk terhindar dari stunting dengan cara melakukan imunisasi kepada balita, namun, dalam kegiatan tersebut, salah satu Kepala Puskesmas mengeluhkan kerap mendapat penolakan dari orang tua balita untuk imunisasi.
Baca Juga: Ini Dia, Perbedaan 2 Mobil Dilihat dari Jenis dan Perawatan Hybrid dengan Listrik
Penolakan disebut, kerap terjadi dari orang tua lelaki (Bapak) si Anak, sehingga kata Kepala Puskesmas itu angka imunisasi di setiap daerah nyaris tidak tercapai, meskipun, pihaknya terus mengoptimalkan upaya agar bapak balitater edukasi dan imunisasi pun tercapai.
"Namun kami kewalahan, penolakan tetap saja terjadi, memang, kondisi geografis wilayah kerja kami dapat digolongkan berada pedalaman Aceh Utara," kata Bachtiar Kepala Puskesmas di Kecamatan Paya Bakong tersebut.
Menanggapi penyampaian tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara Amir Syarifudin menyebut, salah satu faktor timbul penolakan di lapangan terhadap Imunisasi karena Imunisasi menimbulkan reaksi, salah satu reaksi adalah penyebab anak menjadi demam.
Baca Juga: Peringati HKN ke-59, Pj Gubernur Sumut Beri Penghargaan kepasa Nakes dan Sampaikan Hal ini
Namun kata Amir, demam terjadi karena adanya perubahan pada kondisi imun si Anak, dan itu merupakan hal yang biasa, tidak perlu adanya kekhawatiran orang tua saat tubuh si Anak mengalami reaksi semacam itu, dan itu normal, juga perilaku semacam itu perlu segera diubah.
Amir berharap kedepan, agar orang tua dapat mendatangi posyandu secara bersamaan, artian lengkap si bapak dan ibu sekaligus anak, agar keduanya dapat sama sama teredukasi soal Imunisasi, karena, yang teredukasi selama ini hanyalah ibu dari sang anak saja, sementara si bapak tidak.
Sehingga, atas kurangnya pemahaman terhadap imunisasi timbulah kekhawatiran yang mendalam, panik hingga berujung ke upaya penolakan stunting. "Dan ini sangat berbahaya dan berdampak ke stunting jika imunisasi tidak tercapai," kata Amir.
Baca Juga: Warga Lubuk Pakam Amankan Dua Remaja Diduga Anggota Geng Motor
Disamping itu, Amir selaku Kepala Dinas Kesehatan mengajak seluruh stakeholder lintas sektoral, termasuk para tokoh agama, Ulama di kabupaten Aceh Utara untuk secara bersama sama melakukan edukasi penting nya imunisasi terhadap anak.
"Saya juga telah berkoordinasi sebelumnya dengan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Utara untuk dapat memberi masukan kepada Ustadz agar dapat menyisipkan kampanye pentingnya imunisasi saat khutbah Jum'at, karena orang tua lelaki anak berkumpul di masjid saat jumat," kata Amir dihadapan para pemangku kebijakan yang hadir dalam kegiatan rembuk stunting 2024. (*)