Realitasonline.id - Aceh Tengah | Selama ini di Kabupaten Aceh Tengah, Aceh, terutama di Kota Takengon, sepeda kurang diminati.
"Gritan Angin" ini hanya digandrungi oleh para pencinta olah raga sepeda.
Sejak daerah penghasil Kopi Arabika Gayo ini diterjang banjir bandang, Rabu (26/11/2025), warga khususnya di Kota Takengon, sepeda menjadi alat transportasi alternatif.
Mendayung pedal agar roda bisa berputar tentu membutuhkan tenaga. Tapi dikala Bahan Bakar Minyak (BBM) langka sejak Aceh Tengah diterpa banjir dan longsor, keterpaksaan berubah menjadi sebuah kebiasaan.
Baca Juga: ATR BPN: Mafia Tanah Diberantas, 90 Kasus Sepanjang 2025 Selesai
Tingginya minat warga untuk memiliki sepeda, stok di toko semakin menipis. Laris manis. Harga dibandrol dari 1.500.000 hingga di atas 9 juta rupiah.
Di pusaran Kota Takengon, siang hingga larut malam terlihat jalan-jalan dilewati peseda, mulai dari yang muda, anak-anak hingga orang tua.
Itu di Kota Takengon. Tapi tiidak dengan di daerah terpencil. Atau kampung-kampung di mana badan-badan jalan, kebun-kebun bahkan rumah-rumah sudah diterjang longsoran tanah.
Mereka tidak butuh sepeda. Tapi yang diharap segera datang adalah beras, BBM, obat-obatan, selimut dan sandang pangan. Begitu juga Balita. Ia butuh susu dan makanan buat mengisi perut yang sedang kelaparan. (Salhadi)