"Penyebabnya? Mungkin masyarakat sedang banyak kebutuhan lainnya,"sebut wanita muda yang berjualan di pinggir jalan Banda Aceh - Medan.
Seorang penjual kue di lokasi lainnya mengatakan ada beberapa hal yang menyebabkan dagangan mereka kurang laris. Di antaranya hujan yang menghambat pembeli dan masa berjualan yang terlalu singkat.
"Kita diizinkan buka setelah salat asar. Inikan terlalu pendek waktunya. Hanya dua jam lebih beberapa menit. Sedangkan di pusat perbelanjaan mewah dan toko toto di Kota Bireuen juga menyediakan kue basah. Sampai ke kue tradisional berupa timphan dan boh romrom disediakan. Di sana buka dari pagi dan siang, sehingga pengunjung bisa leluasa membila sesuai selera mereka,"sebut perempuan usia emak - emak yang berjualan di sektor Kota "juang" Bireuen.
Perempuan itu berharap, Pemkab Bireuen memberikan kesempatan yang sama kepada warga yang hanya mencari "sesuap" nasi dengan berjualan penganan berbuka puasa sepanjang Bulan Ramadan yang berkah ini.
"Kalau kami dibatasi waktu, maka yang di pusat perbelanjaan mewah pun harus dilarang menjual makanan masak sebelum asar,"harap perempuan itu yang mengaku pernah hanya balik modal dari berjualan penganan berbuka.
Pantauan Realitas di sebuah pusat perbelanjaan di Bireuen menemukan kue bukaan puasa seperti boh romrom dan timphan disediakan di tempat itu. Tidak saja di pusat perbelanjaan mewah, namun beberapa toko juga menjual penganan berbuka sebelum asar.
Beberapa pengunjung pusat perbelanjaan di Bireuen yang ditemui Realitas mengaku, ia mengunjungi tempat tersebut untuk membeli beberapa jenis penganan berbuka.
"Di luar itu (pasar musiman) belum dibuka. Jadi sekalian pulang dari kantor,maka langsung ke mari (pusat perbelanjaan) untuk membeli boh romrom pesanan anak-anak di rumah,"aku perempuan seragam kantor itu.