Suasana di Meunasah Sangso berbeda dengan suasana di Meunasah lain di wilayah barat Kabupaten Bireuen. Di sini tidak ada doa berjamaah. Kami berasa nyaman Salat di Meunasah Sangso.
Jam di dinding Meunasah Sangso Samalanga sudah menunjuk waktu makan siang. Ustaz Yahya menanyakan kepada kami, apakah langsung ke lokasi pembangunan masjid atau makan siang dulu. Kami semua memilih makan siang, sebab perut kami sudah tidak mungkin diajak "damai" lagi.
Sekitar sepuluh menit kami pun tiba di rumah makan. Suasana di rumah makan itu adem. Sepotong ayam kampung goreng dan kuah boh labu menjadi pilihan makan siang saya hari itu. Di tengah kelezatan lidah menikmati hidangan makan siang di rumah makan tersebut, tiba tiba telepon genggam milik kawan saya berbunyi.
Kawan saya itu menerima panggilan tersebut. Setetusnya ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju pemilik rumah makan. Di dekat rak nasi ia memberikan handphonenya kepada pemilik rumah makan. Sang pemilik rumah makan itupun berbicara dengan orang yang ada di ujung sana. Setelah itu iapun menyerahkan kembali Handphone itu kepada kawan saya.
"Yang bicara melalui Handphone tadi seorang tokoh Samalanga. Kata dia, di kalangan bapak bapak ini ada tamu dia, maka ini semua beliau yang bayar", sebut pemilik warung kepada kami.
Seketika berubah wajah Ustaz Yahya. Pimpinan Cabang Muhammadiyah Samalanga itu seperti "berat" makan siang tamunya itu diambil-alih orang lain.
"Semestinya Saya yang membayar semua makan siang ini", ujar Ustaz Yahya.
Seterusnya kami pun bergerak menuju lokasi Masjid Taqwa Muhammadiyah di Desa Sangso Kecamatan Samalanga Kabupaten Bireuen.