"Hal hal semacam ini bagaimana. Tolong kami Pak Ketua PWI",sebutnya.
Berikutnya, ada juga kepala Madrasah yang mengaku masih menyimpan nomor WA dari seseorang yang mengaku wartawan meminta bantuan dengan alasan aneh aneh.
"Ada yang minta pasang iklan HUT Kabupaten Bireuen. Kita tidak ada alokasi dana untuk itu. Ada juga bawa proposal kegiatan aneh aneh. Tolonglah kami pak ketua PWI",ujar ibu itu berharap.
Mendengar keluhan dari sejumlah kepala Madrasah, ketua PWI Bireuen Ariadi B Jangka sempat terkunci mulutnya beberapa saat. Setelah itu Ariadi Jangka meminta A Hadi Djuli untuk menjelaskan hal yang sedang membingungkan beberapa kepala Madrasah itu.
"Mungkin senior ini bisa menjelaskan. Silakan",kata Ariadi dengan memalingkan wajahnya ke arah A Hadi Djuli yang menyampai materi berkaitan dengan perilaku wartawan.
Dalam penjelasannya A Hadi Djuli yang juga wartawan Realitas meminta para kepala Madrasah yang hadir pada acara itu agar tidak perlu takut untuk menolak permintaan yang tidak punya kaitan dengan pemberitaan.
"Andai ibu layani dengan menyetujui pemasangan iklan seperti yang diorder itu, tentu ibu harus membayarkan. Dari mana uang itu. Ibu mau bayar dengan uang pribadi? Bila harus mengambil uang dari kas Madrasah sudah pasti timbul masalah baru. Saya kira hal hal semacam itu tak perlu dilayanilah",ujar A Hadi Djuli.
Mantan Ketua PWI Bireuen itu juga sempat menyemangati para kepala Madrasah agar tidak perlu takut menghadapi orang orang yang mendatangi Madrasah apabila meresahkan.
Wartawan, kata A Hadi Djuli merupakan sebuah profesi sama dengan guru, medis yang terikat dengan etik profesi. Apabila ada wartawan yang melakukan diluar jalur ketentuan maka wartawan itu boleh dilaporkan kepada pemimpin redaksinya atau ke organisasi tempat wartawan itu bergabung dan tidak salah juga apabila dibawa ke ranah hulum andai sudah diluar ketentuan profesi.