kriminal

Kultum Ramadhan Singkat: Bukan Hanya Menahan Lapar dan Dahaga Tapi Lisan Kita

Jumat, 29 Maret 2024 | 22:16 WIB
Kultum Ramadhan Singkat: Bukan Hanya Menahan Lapar dan Dahaga Tapi Lisan Kita

realitasonline.id - Kultum Ramadhan Singkat: Bukan Hanya Menahan Lapar dan Dahaga Tapi Lisan Kita akan sia-sia jika tidak mampu menjaganya.

Bagi umat muslim di dunia, saat menunaikan ibadah piasa di bulan suci ramadhan bukan hanya menahan lapar dan dahaga tapi lisan kita lebih terjaga saat puasa Ramadhan.

Baca Juga: Kultum Ramadhan Singkat: Keutamaan I’tikaf di Bulan Ramadan (QS. al-Baqarah 2:187)

Sungguh ini adalah karunia besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita meyakini bahwa lisan yang tidak terjaga merupakan hal yang membatalkan pahala puasa.

Khawatir puasa kita sia-sia jika sampai ada umpatan keluar dari lisan. Khawatir puasa kita tidak mendapat apa pun kecuali lapar ketika bicara dusta.

Baca Juga: Kultum Ramadhan Singkat: Amalan Jitu Dalam Menjemput Malam Lailatul Qadar di Bulan Suci Ramadhan

Alangkah indahnya jika lisan ini terjaga bukan hanya saat Ramadhan tetapi juga di bulan-bulan lainnya. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk menjaga lisan bukan di bulan Ramadhan saja.


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. (QS. Al Ahzab: 70)

Ibnu Katsir menjelaskan, qaulan sadiidaa adalah perkataan yang benar, yang jujur, tidak bengkok, tidak pula menyimpang. Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, qaulan sadiidaa adalah perkataan yang benar dan tepat. Benar kontennya, tepat cara menyampaikannya.

Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk tetap bertaqwa kepada-Nya dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar, yang jujur, tidak bengkok, tidak pula menyimpang.

“Di antara sikap hidup karena iman dan taqwa adalah jika berkata-kata pilihlah kata-kata yang tepat. Dalam kata yang tepat itu terkandunglah perkataan yang benar. Jangan berbelit-belit. Jangan yang dimaksud lain, tetapi yang dipakai lain pula,” tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.

Puasa lisan artinya menahan lisan kita agar yang keluar dari lisan kita adalah qaulan sadiida. Menahan lisan kita agar ia berkata yang baik atau diam. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits Arbain Nawawi ke-15:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Halaman:

Tags

Terkini