Dengan pendataan berbasis geospasial ini, terangnya, selain mendapatkan data berupa angka-angka, diperoleh juga peta lokasi masing-masing rumah penduduk yang didata.
“Misalnya, kita tidak hanya tahu di Kelurahan A ada empat balita yang stunting, namun juga lokasi rumahnya,” ungkapnya seraya menyebutkan, sistem ini dibuat oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Medan.
Benny mengatakan, Pemko Medan sengaja mengerahkan para kepling dalam melakukan pendataan ini.
Menurutnya, kepala lingkungan tentu mengenal wilayahya dan mengenal warganya.
“Selain itu, pendataan ini juga dapat mempererat jalinan silaturahmi kepling dengan warganya,” sebut Benny.
Benny mengatakan, dalam survey ini kepling hanya mengajukan 35 pertanyaan.
“Yang diperoleh dalam kegiatan ini, antara lain data tentang kependudukan. Kemudian data tentang kesejahteraan, BPJS-nya, dia masuk PKH atau tidak, dia menerima bantuan apa saja, ada lansia atau tidak, balita atau tidak," katanya.
"Selain itu juga data tentang kepemilikan, apakah surat tanahnya sertifikat atau tidak, rumahnya sewa atau pribadi, ada jambannya atau tidak, dilayani petugas sampah atau tidak," katanya lagi.
Seluruh data ini, lanjutnya, akan masuk ke dalam sistem Dinas Kominfo Medan. Selanjutnya tim dari perangkat daerah terkait akan menganalisa data ini.
“Jika ada kesalahan plot, kesalahan input, bisa di-clear-kan oleh kawan-kawan Dinas Kominfo Medan,” sebutnya.
Pendataan ini, tambah Benny, dilakukan dengan menggunakan aplikasi yang dibuat Dinas Komunikasi dan Informatika Medan yang terhubung dengan Medan Smart City.
Dan seluruh kepala lingkungan juga sudah dilatih untuk melakukan survey dengan menggunakan aplikasi tersebut.
“Tahap awal, kita dibantu USAID. Kita latih tiga orang per kecamatan, lantas ketiga orang ini menyebar melatih seluruh kepala lingkungan di 21 kecamatan,” terangnya
Dia mengharapkan, program Tangan Berkah ini dapat menghasilkan data valid yang lebih komprehensif dibanding data BPS.