Ketika Keyakinan Menjadi Pelindung: Mengurai Peran Religiusitas dalam Menghadapi Kecemasan di Tengah Pandemi COVID-19

photo author
- Selasa, 12 Desember 2023 | 17:46 WIB
Mengurai peran religiusitas menghadapi kecemasan di tengah pandemi COVID-19. (Realitasonline.id/Dokumen)
Mengurai peran religiusitas menghadapi kecemasan di tengah pandemi COVID-19. (Realitasonline.id/Dokumen)

Oleh Dr Siti Zahara Nasution SKp MNS dan Nikmal Hasanah Nasution SKep Ners (Program Studi Magister Ilmu Keperawatan USU)

Pada tahun 2019 Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa corona virus menjadi pandemi global karna penyebarannya yang begitu masif di seluruh dunia.

Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020, yang diduga tertular dari orang asing yang berkunjung ke Indonesia.

Saat ini terjadi lagi kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI per 06 Desember 2023, rata-rata kasus harian COVID-19 bertambah sebanyak 35-40 kasus. Sementara, pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit tercatat antara 60-131 orang.

Baca Juga: Cuma Modal Kunyit! Hama pada Tanaman Akan Musnah Bahkan Lebih Banyak Buah daripada Daunnya

Dengan tingkat keterisian rumah sakit saat ini sebesar 0.06% dan angka kematian 0-3 kasus per hari (Kemenkes, 2023).

Dampak pandemi COVID-19 tidak hanya terbatas pada aspek kesehatan fisik, tetapi juga menjadi pemicu kecemasan dan stres yang berpotensi mengubah dimensi kehidupan seseorang secara signifikan.

Taylor (2019) dalam karyanya berjudul The Pandemi of Psychology menguraikan secara mendalam bagaimana pandemi memiliki pengaruh luas dan massif terhadap psikologis individu, merayapi aspek-aspek seperti pola pikir terkait informasi kesehatan, perubahan emosi yang melibatkan rasa takut, khawatir dan kecemasan serta perubahan perilaku sosial seperti menghindar, stigmasisasi dan penyesuaian pola hidup sehat.

Kecemasan merupakan respon umum yang terjadi selama masa krisis berupa perasaan tidak nyaman atau ketakutan dalam situasi ini.

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia melakukan Swaperiksa di web Pdskji sebanyak 64,3% (1.305 responden) dari 1.522 responden yang telahswa periksa, memiliki masalah psikologis cemas atau depresi yaitu 76,1%.

Baca Juga: Sinopsis Takdir Cinta yang Kupilih Full Episode Selasa, 12 Desember 2023 Tayang Pukul 20.00 WIB di SCTV

Salah satu metode untuk mengatasi gejala kecemasan adalah dengan mengimplementasikan religiusitas. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, Sutarno & Andika (2020), ditemukan seputar keterkaitan antara religiusitas dan tingkat kecemasan pada masa pandemi COVID-19. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang, semakin rendah tingkat kecemasannya di tengah-tengah tantangan pandemi saat itu.

Saat dihadapkan pada kecemasan, keyakinan agama dapat menjadi pendorong utama untuk menjaga keseimbangan mental. Selain itu, peran komunitas keagamaan juga sangat signifikan. Gereja, masjid, kuil, atau tempat ibadah lainnya tidak hanya sebagai tempat untuk beribadah, tetapi juga sebagai pusat dukungan sosial.

Melalui pertemuan virtual atau pertemuan kecil yang aman, komunitas keagamaan dapat memberikan dukungan emosional dan praktis bagi anggotanya yang mungkin merasa terisolasi atau khawatir.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ayu Kesuma Ningtyas

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Kota Medan Kirim 5 Armada Damkar ke Aceh Tamiang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43 WIB

UMP Sumut 2026 Naik 7,9 Persen Kini jadi Rp3.228.971

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:07 WIB

Terpopuler

X