MEDAN - realitasonline.id| Puluhan emak-emak dan mahasiswa mengaku senang dengan adanya Bus Trans Metro Deli (TMD) yang menerapkan tarif gratis. Menurut mereka, gratisnya tranportasi milik pemerintah itu menjadi solusi di tengah ekonomi sulit di saat pandemi Covid-19.
Lebih aman naik Bus TMD, bersih, nyaman, dan sopir tidak ugal-ugalan. Saya selalu mengantarkan anak sekolah menggunakan Bus TMD, lebih hemat ongkos angkot yang bolak balik harus nyambung-nyambung gitu, kata Mak Lina, warga Medan Amplas, Senin (21/2/2022).
Lain lagi dengan Betari Sinaga, mahasiswa Unimed yang lebih suka naik Bus TMD. "Rumah saya di Medan Johor, saya kuliah di Unimed Jalan Pancing. Kalo naik angkot sehari saya harus mengeluarkan ongkos Rp 20 ribu karena banyak kali nyambungnya, bisa tiga kali tukar angkot. belum lagi uang jajannya," kata Betari yang mengaku sejak ada Bus TMD bisa menghemat ongkos dan bisa bayar uang kuliah.
Sementara itu Taufik, mahasiswa Politeknik Negeri Medan juga mengaku lebih suka naik Bus TMD, karena lebih disiplin Prokes. "Bayangkan aja kak, sopir angkot banyak yang tidak pakai masker, belum lagi penumpangnya berderet tidak jaga jarak. Padahal pesan mamak harus selalu pake masker dan jaga jarak," kata Taufik dengan nada lugu.
Akan Surati Kemenhub
Para supir angkutan kota (angkot) yang tergabung dalam Organda dan Kesper menggelar aksi protes di depan kantor Balai Kota, Senin (21/2/2022). Mereka marah karena Bus TMD masih menerapkan tarif gratis.
Menanggapi amarah para sopir angkot ini Wali Kota Medan Bobby Nasution datang menemui. Wali kota siap menindaklanjuti protes keras para supir, terkait pengoperasian Bus Trans Metro Deli (TMD) yang sudah setahun lebih tanpa tarif alias gratis sehingga menyebabkan penghasilan mereka menurun drastis.
Selain menyurati Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Bobby Nasution bersama perwakilan supir dan Dinas Perhubungan juga akan menemui Kemenhub guna mendengar langsung apa yang menjadi kendala sehingga tarif Bus TMD sampai kini belum ditetapkan. Setelah itu Bobby pun minta kepada seluruh supir yang melakukan aksi untuk mengakhiri aksinya dan melanjutkan kembali mencari sewa. Apalagi Kota Medan saat ini berada di Level 3 PPKM sehingga harus meminimalisir terjadinya kerumunan.
Sebelumnya, para supir yang berasal dari sejumlah angkot memarkirkan armadanya di depan Balai Kota hingga Paladium Plaza sejak pagi. Aksi itu dilakukan sebagai bentuk protes karena Bus TMD yang telah beroperasi setahun lebih tidak mengenakan tarif. Akibatnya, para supir angkot gelisah dan menjerit, sebab penghasilan mereka menurun drastis karena masyarakat lebih banyak memilih menggunakan Bus TMD yang gratis dibandingkan angkot.
“Kami bukan menolak kehadiran Bus TMD. Yang kami protes karena sudah setahun lebih beroperasi tapi sampai kini Bus TMD masih gratis. Kalau tadi Bus TMD sudah dikenakan tarif, nggak ada masalah bagi kami. Tentunya kami siap untuk bersaing, tapi kalau gratis terus bagaimana kami bisa bersaing,” ungkap salah seorang supir dalam aksi tersebut.
Aksi para supir sempat memanas, sebab mereka menyetopi angkot yang melintas. Begitu angkot berhenti, penumpangnya dipaksa turun. Setelah itu sang supir diminta memarkirkan angkotnya dan ikut bersama mereka melakukan aksi. Namun suasana memanas ini hanya sesaat, sebab para supir langsung menghentikannya setelah Bobby Nasution datang menemui.