"Kita mau festival film ada agenda dan kalender tetap yang bisa tiap tahun kita adakan dengan jadwal yang sudah ditentukan. Jadi saya dengar dari teman-teman di sini, jangan sebulan sebelumnya diinfokan tapi setahun sebelumnya jadi karya anak sineas benar-benar bisa dinilai dari upaya mereka dengan jangka waktu yang kita berikan sangat lengang, dan upaya mereka bukan hanya buat film tapi menghidupkan ekosistem film," tutur Bobby.
"Kita harap sineas kota Medan bukan hanya tontonan tapi juga menghidupkan ekonomi di Kota Medan," tambahnya.
Sebelum menonton film Pelipur Lara, Bobby bersama puluhan penonton lainnya turut menyaksikan tiga film pendek pendamping.
Ia turut mengapresiasi karya-karya anak muda tersebut yang juga ia akui sebagai bentuk introspeksi bagi pemko Medan yang diakuinya masih minim dalam memberikan wadah para sineas untuk berkreasi lebih maksimal.
"Sebagai Introspeksi bagi kami pemerintah kota Medan yang dalam waktu kebelakang ini belum memberikan sebuah ruang yang sangat luar biasa kepada para sineas yang ada di kota Medan. Sehingga tadi saya tanda tadi empat film yang ditayangkan itu ada dari luar kota Medan," ujar Bobby.
"Ini satu pukulan buat kami biar bagaimana anak sineas ini bisa benar benar menjadikan Medan ini rumah kreasi," pungkasnya. (AY)