Realitasonline.id | Flexing kemewahan, atau memamerkan kekayaan dan barang-barang mewah, adalah fenomena yang semakin umum di era media sosial.
Namun, apa sebenarnya yang mendorong seseorang untuk melakukan hal ini? Mari kita telusuri lebih dalam dari sudut pandang psikologi.
1. Mencari Pengakuan dan Validasi
- Perhatian Sosial: Salah satu alasan utama seseorang flexing adalah untuk menarik perhatian dan mendapatkan pengakuan dari orang lain. Postingan tentang barang mewah seringkali memicu reaksi seperti kekaguman, iri, atau komentar positif, yang dapat meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri individu.
- Konfirmasi Status: Dalam beberapa budaya, kepemilikan barang mewah dianggap sebagai simbol status dan keberhasilan. Dengan memamerkan kekayaan, seseorang seolah-olah sedang menegaskan posisinya dalam hierarki sosial.
Baca Juga: 5000-an Warga Medan Ramaikan Jalan Santai Road to PON XXI 2024 Aceh-Sumut
2. Mengatasi Ketidakamanan
- Kompensasi: Bagi sebagian orang, flexing menjadi cara untuk menutupi ketidakamanan atau kekurangan yang mereka rasakan. Dengan memamerkan kekayaan, mereka mencoba menciptakan citra diri yang lebih kuat dan menarik.
- Perbandingan Sosial: Perbandingan diri dengan orang lain adalah hal yang umum terjadi. Ketika seseorang merasa kurang dari orang lain, mereka mungkin terdorong untuk menunjukkan bahwa mereka juga memiliki sesuatu yang berharga.
3. Membangun Identitas
- Ekspresi Diri: Barang-barang mewah seringkali dianggap sebagai ekspresi gaya hidup dan kepribadian seseorang. Dengan memamerkan barang-barang tersebut, individu berusaha menciptakan identitas yang unik dan menarik.
- Kelompok Referensi: Flexing juga bisa menjadi cara untuk menunjukkan bahwa seseorang termasuk dalam kelompok sosial tertentu yang memiliki nilai-nilai dan gaya hidup yang sama.
Baca Juga: 7 Situasi Sosial yang Sangat Dihindari oleh Introvert Menurut Psikologi
4. Motivasi Psikologis Lainnya
- Pengembangan Ego: Bagi beberapa orang, flexing adalah cara untuk memuaskan ego dan merasa lebih superior dibandingkan orang lain.
- Kompensasi Emosional: Beberapa individu mungkin menggunakan flexing sebagai cara untuk mengatasi masalah emosional yang mendalam, seperti kesepian atau depresi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Flexing
- Media Sosial: Munculnya media sosial telah mempermudah orang untuk memamerkan gaya hidup mewah mereka.
- Budaya Konsumerisme: Budaya konsumerisme yang mengedepankan materialisme juga mendorong orang untuk mengejar barang-barang mewah.
- Pengaruh Teman Sebaya: Tekanan dari teman sebaya untuk tampil sukses dan kaya juga dapat memicu kebiasaan flexing.
Baca Juga: Orangtua Jangan Denial! Ini 5 Kesalahan Orang Tua yang Sering Dilakukan Namun Tak Disadari
Implikasi Psikologis dan Sosial
Kebiasaan flexing dapat memiliki dampak yang signifikan baik bagi individu maupun lingkungan sosial. Di satu sisi, flexing dapat meningkatkan rasa percaya diri dan status sosial.
Namun, di sisi lain, kebiasaan ini juga dapat memicu kecemburuan, persaingan, dan masalah kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi.
Flexing kemewahan adalah fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor psikologis dan sosial.
Meskipun pada awalnya tampak sebagai tindakan yang sederhana, kebiasaan ini sebenarnya dapat mengungkapkan banyak hal tentang motivasi, nilai-nilai, dan ketidakamanan seseorang.(ayaa)***