Sistem adat ini menciptakan persatuan yang kokoh di antara masyarakat, sehingga mempersulit penjajah untuk memecah belah mereka.
5. Sistem Militer Tradisional
Meskipun tidak memiliki teknologi militer modern seperti penjajah, suku Batak Toba memiliki sistem pertahanan dan perlawanan yang efektif.
Mereka menggunakan strategi gerilya, pengetahuan lokal tentang medan, dan taktik bertempur tradisional untuk melawan pasukan kolonial.
6. Agama dan Kepercayaan yang Kuat
Sebelum banyak yang memeluk agama Kristen, suku Batak Toba memiliki kepercayaan tradisional yang kuat, yang dikenal dengan Parmalim.
Kepercayaan ini memberikan mereka keyakinan bahwa mereka dilindungi oleh roh leluhur dan kekuatan alam, yang memperkuat tekad mereka untuk melawan penjajah.
7. Perlawanan Tokoh Batak
Salah satu tokoh penting dalam perlawanan terhadap Belanda adalah Sisingamangaraja XII, seorang raja Batak Toba yang memimpin perlawanan sengit melawan Belanda pada akhir abad ke-19.
Sisingamangaraja XII dianggap sebagai pahlawan nasional Indonesia, karena perannya yang signifikan dalam mempertahankan tanah Batak dari penjajahan.
8. Masyarakat yang Mandiri dan Tangguh
Masyarakat Batak Toba dikenal sebagai komunitas yang mandiri dan tidak bergantung pada kekuatan luar.
Mereka hidup dari pertanian dan perdagangan, serta memiliki budaya gotong-royong yang kuat.
Hal ini membuat Belanda kesulitan untuk mengontrol sumber daya dan ekonomi masyarakat Batak.
Belanda memerlukan waktu yang lama dan usaha yang besar untuk bisa menguasai wilayah Batak, dan bahkan setelah berhasil secara militer, mereka tidak sepenuhnya bisa menundukkan semangat perlawanan dan kebanggaan budaya Batak.