Kendala lainnya menurut Max adalah para atlet yang masih sekolah tingkat akhir harus menjalani ujian. "Mereka punya banyak jadwal les. Persiapan kuliah. Sulit mengikuti program latihan yang kita berikan dengan 4-5 hari dalam seminggu. Kita berlatih secara online dan offline," bebernya.
Untuk semakin mematangkan atlet, mereka juga menggelar Kejurda esports di Sumut. Formatnya open turnamen. Dari kejurda ini diharapkan menjadi ajang para atlet bertanding. "Kita terapkan sistem promosi dan degradasi. Jadi mungkin dari kejurda ini kita bisa saring atlet baru yang berpotensi," ucap Max.
Baca Juga: Edy Rahmayadi: PHBI Samosir Libatkan Masyarakat Setempat, Musa Rajekshah: Majukan Kampung Halaman
Sementara itu, Wasping KONI Sumut untuk cabor Esport Drs Muhammad Syahrir mengatakan, saat ini yang harus jadi catatan adalah pengadaan peralatan. Untuk itu dia minta segera ditindaklanjuti Dispora Sumut.
"Hebat pun atletnya kalau mereka ketinggalan kecepatan HP dan tidak ada konsol. Ini jadi catatan penting kita. Selain itu sebenarnya banyak atlet pro kita dari Sumut di luar, tapi sulit kita menariknya karena memang mereka sudah punya penghasilan yang besar berkali lipat dari yang di dapat di sini. Dan belum ada aturan mereka harus balik kandang," pungkasnya. (KIM)