Realitasonline.id - Suzuki Shogun disuntik mati oleh Suzuki karena beberapa alasan utama yang berkaitan dengan tren pasar, persaingan produk, dan strategi perusahaan.
Berikut penjelasan lengkapnya:
1. Penurunan Minat Konsumen pada Bebek Sport
-
Motor bebek sport seperti Shogun (termasuk varian Shogun 125, Shogun SP, dan Shogun Axelo) mulai kehilangan peminat karena pergeseran tren ke motor matic dan sport fairing.
-
Konsumen Indonesia semakin memilih motor matic karena lebih praktis, mudah dikendarai, dan lebih cocok untuk keperluan harian, terutama di kota besar.
2. Persaingan yang Sangat Ketat
-
Di segmen bebek, Honda dengan Supra X dan Revo, serta Yamaha dengan Jupiter Z dan Vega Force, jauh lebih dominan.
-
Meskipun Shogun pernah berjaya di era awal 2000-an, Suzuki tidak mampu mempertahankan inovasi dan promosi seagresif kompetitor.
3. Penjualan yang Terus Menurun
-
Sejak awal 2010-an, penjualan Shogun mulai turun drastis, bahkan kalah pamor oleh produk Suzuki lainnya seperti Satria F150.
-
Produksi akhirnya dihentikan secara bertahap, dan pabrik lebih difokuskan untuk model yang lebih laris, seperti Suzuki Address, Nex II, dan GSX series.
4. Efisiensi Produk dan Fokus ke Segmen Potensial
-
Suzuki akhirnya memilih untuk menyuntik mati Shogun agar bisa mengalokasikan sumber daya ke produk yang lebih berpotensi secara komersial.
-
Strategi ini juga tampak pada produk lain yang dihentikan demi efisiensi, seperti Suzuki Skydrive dan Hayate.
5. Perubahan Strategi Global Suzuki
-
Secara global, Suzuki juga melakukan perampingan produk untuk mengikuti arah industri sepeda motor yang menuju elektrifikasi, efisiensi bahan bakar, dan model-model urban yang praktis.
Shogun disuntik mati karena sudah tidak relevan lagi dengan tren dan kebutuhan pasar saat ini, kalah saing dengan kompetitor, serta bagian dari strategi efisiensi dan fokus produk dari Suzuki.
Meski begitu, Shogun tetap dikenang sebagai salah satu motor bebek legendaris Suzuki di Indonesia.