Mengenal Fungsi Sensor Oksigen pada Motor dan Dampaknya terhadap Emisi

photo author
- Minggu, 31 Agustus 2025 | 22:23 WIB
Sensor oksigen, juga dikenal sebagai sensor lambda, adalah komponen sensor yang terpasang di dalam sistem knalpot kendaraan. (Ali Express)
Sensor oksigen, juga dikenal sebagai sensor lambda, adalah komponen sensor yang terpasang di dalam sistem knalpot kendaraan. (Ali Express)

Realitasonline.id | Dalam sistem kendaraan modern, sensor oksigen atau oxygen sensor memiliki peran penting yang sering kali tidak disadari oleh pengendara. Komponen kecil ini bertugas mengukur kadar oksigen dalam gas buang yang keluar dari ruang pembakaran mesin. Data yang dikumpulkan oleh sensor oksigen digunakan oleh ECU (Electronic Control Unit) untuk menyesuaikan campuran udara dan bahan bakar secara real-time, sehingga proses pembakaran menjadi lebih efisien dan emisi gas buang dapat ditekan seminimal mungkin.

Sensor oksigen biasanya terletak di saluran knalpot, baik sebelum maupun sesudah catalytic converter. Sensor yang berada sebelum catalytic converter disebut sensor upstream, dan berfungsi untuk mengatur rasio udara-bahan bakar. Sementara sensor downstream yang berada setelah catalytic converter bertugas memantau efektivitas konversi emisi. Ketika sensor oksigen mendeteksi bahwa campuran bahan bakar terlalu kaya (rich) atau terlalu miskin (lean), ECU akan segera melakukan penyesuaian agar pembakaran kembali ke titik ideal.

Fungsi utama dari sensor oksigen adalah menjaga efisiensi mesin dan mengurangi polusi. Campuran bahan bakar yang tidak seimbang dapat menyebabkan pembakaran tidak sempurna, yang menghasilkan emisi berbahaya seperti karbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), dan nitrogen oksida (NOx). Dengan sensor oksigen yang bekerja optimal, motor dapat menghasilkan emisi yang lebih bersih dan memenuhi standar lingkungan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini sangat penting, terutama di kota-kota besar yang menghadapi tantangan kualitas udara akibat tingginya jumlah kendaraan bermotor.

Namun, seiring waktu dan pemakaian, sensor oksigen bisa mengalami penurunan performa atau bahkan kerusakan. Kontaminasi dari oli, bahan bakar berkualitas rendah, atau kerak karbon dapat mengganggu akurasi pembacaan sensor. Jika sensor oksigen tidak lagi bekerja dengan baik, ECU akan menerima data yang salah dan membuat campuran bahan bakar menjadi tidak efisien. Gejala yang muncul bisa berupa konsumsi bahan bakar yang meningkat, mesin terasa berat, atau lampu indikator mesin menyala. Dalam jangka panjang, kerusakan sensor oksigen dapat merusak catalytic converter dan meningkatkan kadar emisi secara drastis.

Realitasonline.id menyarankan agar pengendara melakukan pemeriksaan sensor oksigen secara berkala, terutama jika kendaraan sudah menempuh jarak lebih dari 30.000 kilometer atau menunjukkan gejala performa yang menurun. Penggantian sensor oksigen yang rusak bukan hanya soal menjaga performa mesin, tetapi juga bentuk tanggung jawab terhadap lingkungan. Di era kendaraan yang semakin cerdas dan berkelanjutan, memahami peran sensor oksigen adalah langkah awal menuju mobilitas yang lebih bersih dan efisien.

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Zufarnesia

Tags

Rekomendasi

Terkini

X