Realitasonline.id | Kenyamanan berkendara, terutama di negara tropis seperti Indonesia, seringkali sangat bergantung pada dinginnya Air Conditioner (AC) mobil. Namun, kebiasaan menyetel suhu AC terlalu rendah hingga mencapai titik maksimal ternyata merupakan salah satu kontributor terbesar yang tak disadari dalam peningkatan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). AC yang bekerja terlalu keras secara langsung membebani mesin dan menguras isi tangki bensin Anda.
Prinsip dasarnya terletak pada kompresor AC. Kompresor adalah komponen yang bertanggung jawab mengompresi zat pendingin (refrigeran) dan digerakkan oleh tenaga mekanis yang bersumber langsung dari mesin mobil melalui fan belt (sabuk penggerak). Ketika pengemudi mengatur suhu AC pada level yang sangat dingin, sistem akan memaksa kompresor untuk bekerja secara terus-menerus dan lebih intensif untuk mencapai dan mempertahankan suhu rendah tersebut.
Peningkatan kerja kompresor ini otomatis memberikan beban tambahan yang signifikan pada mesin. Untuk mengatasi beban ekstra tersebut, mesin harus bekerja lebih keras dan, sebagai akibatnya, memerlukan pasokan bahan bakar yang lebih besar untuk menghasilkan daya yang dibutuhkan. Berbagai studi menunjukkan bahwa penggunaan AC dapat meningkatkan konsumsi BBM mobil rata-rata sebesar 5% hingga 20%, di mana persentase tertinggi terjadi saat AC disetel pada suhu terdingin dalam waktu lama.
Oleh karena itu, cara termudah untuk menghemat BBM tanpa mengorbankan kenyamanan adalah dengan mengatur suhu AC pada level yang moderat dan efisien, idealnya di kisaran 22 hingga 25 derajat Celsius. Dengan suhu yang tidak ekstrem, kompresor AC tidak perlu beroperasi secara konstan dengan beban puncak, sehingga siklus kerjanya lebih ringan. Selain itu, pastikan sistem AC selalu terawat, seperti menjaga kebersihan filter kabin dan memastikan freon tidak bocor, karena sistem AC yang tidak efisien juga akan memaksa kompresor bekerja ekstra keras, yang pada akhirnya tetap berakhir pada pemborosan BBM.