Realitasonline.id | Memang saat ini, mobil hibrida plug-in (PHEV) dianggap sebagai mobil pilihan yang ideal di era kendaraan elektrifikasi.
Mengutip dari laman Car and Driver, menurut berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak pemilik jarang atau bahkan tidak pernah mengisi ulang daya baterai mobil mereka.
Kini, asosiasi industri otomotif terbesar di Jerman, VDA, mengusulkan langkah ekstrem yaitu membatasi tenaga mobil bagi pengemudi yang malas mengisi ulang baterai.
Baca Juga: Kelebihan dan Kekurangan Toyota Kijang Innova Reborn 2026: Apakah Masih Jadi MPV Keluarga Terbaik?
Secara teori, PHEV menawarkan kombinasi terbaik dari dua dunia mesin bensin untuk jarak jauh dan motor listrik untuk efisiensi di dalam kota.
Namun dalam praktiknya, banyak pengemudi justru mengandalkan mesin bensin sepenuhnya, tanpa pernah memanfaatkan mode listriknya.
Hasilnya, emisi CO₂ meningkat tajam, bahkan bisa melampaui angka resmi yang diklaim pabrikan.
Selain itu, pemilik kehilangan keunggulan utama PHEV.
Kenyamanan dan keheningan berkendara dengan tenaga listrik murni.
Dalam wawancara dengan Frankfurter Allgemeine Sonntagszeitung, Presiden VDA Hildegard Müller menyebutkan pentingnya “memotivasi pengemudi agar lebih sering menggunakan tenaga listrik.”
Baca Juga: Mobil Bekas Terbaik di Bawah 150 Juta yang Masih Layak Dibeli Tahun 2025
Ia menambahkan, di masa depan, mobil plug-in hybrid dapat dirancang sedemikian rupa sehingga pengisian daya rutin menjadi keharusan.
Artinya, sistem kendaraan dapat diatur untuk membatasi daya mesin bila pengemudi tidak mengisi ulang baterai setelah menempuh jarak tertentu.