Realitasonline.id- OTOMOTIF | Di era mobil listrik 2025 ini, salah satu pertanyaan paling sering ditanyakan calon pembeli adalah “apa benar listrik itu lebih murah?” Hyundai Ioniq 5 2025 menjadi contoh paling populer. Karena dia bukan EV murahan, bukan EV kecil, bukan EV yang sekedar debut, tapi sudah terbukti dipakai ribuan pengguna harian di Asia termasuk Indonesia. Namun saat mobil sudah masuk umur kepemilikan 5 tahun, apakah memang irit dan ekonomis? Apakah biaya kepemilikannya benar lebih rendah dibandingkan SUV/Kompak ICE premium? Artikel ini akan mengurai seluruh aspek biaya kepemilikan Ioniq 5 2025 selama 5 tahun secara realistis untuk pengguna kota besar.
Kita bahas dari kacamata TCO – Total Cost of Ownership – yang meliputi biaya beli, listrik, pengisian, ban, suku cadang, pajak tahunan, dan depresiasi. Karena EV bukan sekedar “irit listrik”, tapi gabungan faktor inilah yang menentukan apakah Ioniq 5 2025 layak atau sekedar “gaya teknologi”.
Harga beli dan psikologi pemilik baru
Hyundai Ioniq 5 2025 secara global diposisikan sebagai EV kompak-premium. Bukan EV LCGC. Dia selevel dengan Tesla Model Y / Model 3 Long Range / VW ID.4 / Polestar 4 segmentasi value. Ini membuat persepsi awal banyak konsumen “mahal di awal, tapi irit di belakang”. Hal ini tidak salah. Karena EV memang paling berat pada biaya pembelian pertama. Namun fakta penting, mobil ICE premium (misal SUV turbo 2000cc Jepang) ketika dijual setelah 5 tahun, depresiasi mereka juga besar. Rumusnya begini, jangan lihat harga beli mobil listrik saja. Lihat harga beli – dikurang harga jual kembali. Dan untuk EV besar macam Ioniq 5, depresiasi 5 tahun cenderung lebih stabil dibanding EV kecil 35-40kWh, karena baterai 72.6/77.4kWh jauh lebih relevan 2025-2030. Selain itu Ioniq 5 sudah punya “brand cachet”. Artinya, di 5 tahun, biaya beli Ioniq 5 bisa relatif setara atau selisih tipis dengan SUV ICE premium yang dijual kembali di 5 tahun. Ini yang banyak orang tidak paham.
Listrik vs Bensin: bukan hanya tiket charging umum
Biaya listrik Ioniq 5 2025 kalau pengisian dasar dilakukan di rumah adalah komponen penghemat terbesar. Rumah tarif listrik malam vs tarif SPBU di ICE = beda dunia. Di skenario umum 70-80% pemakaian harian EV normalnya di rumah. DC charging publik hanya dilakukan saat perjalanan jauh, bukan harian commuting. Dan karena baterai besar, charging DC jarang dibutuhkan untuk pemakaian kota. Artinya, biaya energi Ioniq 5 adalah komponen paling menguntungkan sejauh 5 tahun kepemilikan. Sedikit pun pemilik tidak bisa menyamakan struktur biaya bahan bakar EV vs bensin.
Servis berkala: kenyataan yang sering orang belum tahu
EV bukan zero maintenance. Tapi maintenance EV minim friction, tidak banyak part bergerak, tidak ada oli mesin, tidak ada saringan oli, tidak ada busi, tidak ada radiator engine coolant ala ICE, tidak ada timing chain, tidak ada alternator.
Dalam 5 tahun, komponen berkala Ioniq 5 itu hanya:
coolant battery thermal management (interval panjang)
brake fluid
cabin filter
balancing & rotasi ban
perawatan rem cakram (EV jarang pakai rem mekanik karena regen)
Ini membuat biaya servis 5 tahun turun drastis dibanding ICE USP.
Ban EV lebih cepat habis, ini realitas
Semua EV besar punya torsi instan, bobot mobil tinggi. Jadi ban cepat habis dibanding ICE. Ini realitas biologis fisika. Ioniq 5 tidak kebal. Tapi ban adalah komponen paling jelas dan paling bisa di-forecast. Dalam horizon 5 tahun, pemilik Ioniq 5 harus hitung minimal 2x set ban. Namun ini bukan membatalkan keuntungan EV, karena ban adalah satu-satunya komponen rutin terbesar selain energi. Dan ban pun jelas harga pasarnya.
Pajak tahunan EV: cenderung jauh lebih murah kedepan
Tren negara Asia, pajak EV didorong rendah, pajak ICE akan makin tinggi. Untuk 5 tahun ke depan, pajak EV cenderung jauh lebih ringan. Pajak tahunan Ioniq 5 biasanya lebih rendah dari SUV ICE sekelas. Kalau ini dihitung 5 tahun, nilainya bukan main.