Realitasonline.id - Suzuki Fronx di Indonesia memang belum menunjukkan penjualan yang sekuat ekspektasi awal, terutama jika dibandingkan dengan beberapa rival di segmen SUV compact lainnya.
Meskipun hadir dengan desain yang modern dan fitur yang cukup menarik, respons pasar terhadap Fronx terbilang biasa saja.
Banyak konsumen yang masih membandingkannya dengan model lain yang sudah lebih dulu populer, seperti Toyota Raize, Daihatsu Rocky, atau bahkan SUV dari merek China yang kini mulai agresif menawarkan fitur lengkap dengan harga kompetitif.
Salah satu alasan utama kenapa Fronx kurang diminati kemungkinan karena harganya yang dianggap tidak sebanding dengan value yang ditawarkan.
Mesin 1.2 liter yang digunakan oleh varian entry-level dianggap kurang bertenaga untuk mobil bergaya SUV.
Selain itu, Fronx juga tidak memiliki opsi mesin turbo seperti beberapa kompetitornya, padahal pasar di segmen ini mulai mencari kombinasi efisiensi dan performa.
Desainnya pun meski terlihat menarik, masih dianggap mirip dengan Baleno yang membuat sebagian konsumen merasa kurang mendapatkan sesuatu yang benar-benar baru.
Konsumen di Indonesia juga cenderung melihat faktor resale value, jaringan servis, dan image brand.
Meski Suzuki punya jaringan servis yang luas, Fronx sebagai nama baru belum punya reputasi yang kuat.
Hal ini membuat orang cenderung ragu untuk membelinya karena merasa masih lebih aman dengan model yang sudah teruji pasar.
Jadi bisa dikatakan bahwa Suzuki Fronx belum laris bukan karena produknya buruk, tetapi karena faktor persepsi pasar, value for money, dan posisi kompetitor yang lebih kuat.