Realitasonline.id - Mobil niaga adalah tulang punggung berbagai sektor usaha, mulai dari logistik, UMKM, hingga transportasi massal. Selama ini, mobil niaga berbahan bakar diesel mendominasi pasar karena dikenal bandel dan efisien untuk jarak jauh.
Namun, dengan munculnya kendaraan listrik (EV), kini banyak pelaku usaha mulai mempertimbangkan peralihan demi efisiensi jangka panjang.
Pertanyaannya, jika dibandingkan, apakah biaya operasional mobil niaga diesel masih lebih menguntungkan daripada EV? Mari kita ulas secara detail.
Baca Juga: Tren Kendaraan Niaga Listrik di Indonesia: Dari Truk Ringan hingga Bus Kota
1. Konsumsi Energi: Solar vs Listrik
Salah satu faktor terbesar dalam biaya operasional adalah konsumsi energi.
Mobil niaga diesel rata-rata menghabiskan 1 liter solar untuk 8–12 km, dengan harga solar subsidi sekitar Rp6.800/liter (2025). Jika digunakan sejauh 1.000 km, biaya bahan bakarnya bisa mencapai Rp850 ribu–Rp1 juta.
Mobil niaga listrik (EV) rata-rata mengonsumsi 15–20 kWh untuk 100 km. Dengan tarif listrik sekitar Rp1.700/kWh, untuk jarak 1.000 km hanya memerlukan Rp255 ribu–Rp340 ribu.
Dari segi energi, EV jelas lebih hemat hingga tiga kali lipat dibandingkan diesel.
2. Biaya Perawatan Harian
Perawatan juga jadi faktor penting.
Mobil diesel membutuhkan servis rutin seperti ganti oli, filter udara, filter bahan bakar, serta pengecekan sistem injeksi. Biaya perawatan per 10.000 km bisa mencapai Rp1,5 juta–Rp2 juta.
Mobil listrik relatif minim perawatan. Tidak ada oli mesin, tidak ada sistem knalpot, dan komponen bergerak lebih sedikit. Biasanya hanya perlu servis rem, suspensi, dan software update. Biaya per 10.000 km berkisar Rp500 ribu–Rp800 ribu.
Baca Juga: EV Bekas Apakah Baterainya Masih Layak? Tips Mengecek Kondisi Mobil Listrik Second
Dari sisi servis, EV kembali unggul karena lebih sederhana dan murah.