Realitasonline.id | Secara umum, modifikasi mesin sering diasosiasikan dengan peningkatan tenaga yang berujung pada konsumsi bahan bakar minyak (BBM) yang lebih boros. Namun, dalam dunia tuning modern, ada paradoks menarik: banyak mobil yang menjalani ECU Remap atau Tuning justru melaporkan adanya peningkatan efisiensi bahan bakar alias lebih irit daripada kondisi standarnya. Fenomena ini bukanlah kebetulan; melainkan hasil dari optimasi program komputer mesin yang sangat teliti, yang mampu membuka potensi tersembunyi dari mesin standar.
Alasan utama di balik iritnya mobil yang sudah di-tuning terletak pada cara pabrikan mobil memprogram ECU (Engine Control Unit) di awal. Pabrikan harus memprogram ECU untuk beroperasi secara aman di berbagai kondisi ekstrem di seluruh dunia—mulai dari gurun pasir yang panas hingga pegunungan bersalju—sambil menggunakan BBM dengan kualitas yang sangat beragam. Untuk alasan keselamatan dan keandalan universal ini, pabrikan seringkali sengaja memprogram mesin dengan parameter yang terlalu konservatif, terutama pada rasio udara dan bahan bakar (Air-Fuel Ratio/AFR) dan waktu pengapian (ignition timing).
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Mesin Hybrid Toyota: Benarkah Lebih 'Garang' di Putaran Bawah?
Ketika mobil menjalani ECU Tuning oleh tuner profesional, program standar tersebut diubah untuk disesuaikan secara spesifik dengan kondisi lokal (misalnya iklim Indonesia) dan kualitas BBM yang digunakan (misalnya, selalu menggunakan RON 92 atau 98). Tuner akan mengoptimalkan kurva timing pengapian agar BBM terbakar pada momen yang paling ideal untuk menghasilkan tenaga maksimal. Selain itu, pada mobil turbo, tuning dapat mengoptimalkan tekanan boost dan AFR. Hasil dari optimasi ini adalah mesin dapat mencapai tenaga yang diinginkan pengemudi dengan usaha yang lebih sedikit (less throttle).
Dalam skenario mengemudi harian (cruising), peningkatan efisiensi ini sangat terasa. Karena torsi dan horsepower mesin sudah meningkat, pengemudi tidak perlu menekan pedal gas terlalu dalam untuk mempertahankan kecepatan atau berakselerasi. Tekanan pedal yang ringan sudah cukup untuk menggerakkan mobil dengan cepat. Tekanan throttle yang lebih sedikit inilah yang pada akhirnya menghasilkan konsumsi BBM yang lebih rendah per jarak tempuh. Namun, perlu dicatat bahwa efisiensi ini hanya berlaku jika mobil dikendarai dengan bijak. Tentu saja, jika mobil di-tuning lalu selalu diajak berakselerasi agresif, konsumsi BBM akan tetap boros, karena mesin telah dioptimalkan untuk performa tinggi.