Hindari kombinasi waktu berikut, jangan berangkat pada:
jam 06.00–10.30 (semua orang berangkat)
jam 16.30–19.30 (gabung arus pulang kerja + arus liburan pendek)
jam 11.30–13.30 (arus kendaraan menumpuk setelah sarapan hotel dan check-out hotel)
Jika kamu memaksa masuk jalan tol di jam-jam ini, kamu pasti terjebak.
Manfaat jadwal keberangkatan fleksibel
Gunakan mindset ini: perjalanan liburan bukan lomba sampai paling pagi. Justru perjalanan pelan di malam hari lebih nyaman:
udara lebih dingin → mesin lebih efisiensi
matahari tidak menyengat → pengemudi tidak cepat lelah
anak-anak cenderung tidur → kabin lebih tenang
Ketika tiba di destinasi jam 08.00–10.00 pagi setelah start jam 23.00 malam sebelumnya, kamu masih bisa sarapan, mandi, dan evaluasi check-in hotel setelah jam 12.00.
Baca Juga: Perbandingan Pajero Sport vs Fortuner 2025: Fitur Keselamatan dan Performanya Mana yang Lebih Baik?
Optimalkan rest area sebelum peak location
Jika kamu sudah melihat kontur aplikasi navigasi mulai merah padat, jangan memaksa maju. Berhenti sebentar, ambil jeda, biarkan gelombang kendaraan lewat, baru masuk lagi setelah 45–90 menit. Banyak orang tidak mau berhenti karena merasa terbuang waktu, padahal efeknya sebaliknya. Ketika kamu memaksa masuk ke segmen padat, kamu hanya akan terjebak stop and go.
Tetapkan 1 orang sebagai “Time Controller”.
Kesalahan keluarga Indonesia: semua sibuk cari rute, tetapi tidak ada yang memegang kontrol jam. Seharusnya ada 1 orang, bisa istri/suami di samping pengemudi, yang hanya fokus pada waktu istirahat berikut;
kapan harus menepi
kapan harus on schedule
Ini membuat perjalanan lebih rapi.
Mengatur waktu keberangkatan adalah strategi paling cerdas untuk menghindari puncak macet saat liburan akhir tahun. Berangkat pagi hari bukan solusi di masa high season, justru kamu harus memilih dua waktu emas: tengah malam atau sangat dini hari.
Tidak harus memaksakan masuk jalur padat selama gelombang kendaraan sedang menumpuk. Dengan teknik ini, perjalanan akan lebih rileks, mesin mobil lebih sehat, dan kondisi mental keluarga lebih nyaman. Pada akhirnya, liburan itu bukan hanya soal destinasi, tetapi soal bagaimana kamu mengatur ritme perjalanan.(KN)