Bukan Sekadar Hujan Ekstrem, WALHI Sumut Ungkap 7 Perusahaan Biang Keladi Bencana Ekologis di Tapanuli

photo author
- Sabtu, 29 November 2025 | 09:13 WIB
Citra satelit (2024) bukaan hutan tambang emas PT Agincourt Resourches di kec Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan
Citra satelit (2024) bukaan hutan tambang emas PT Agincourt Resourches di kec Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan

Gangguan fluktuasi debit sungai

Sedimentasi tinggi akibat pembuangan limbah galian terowongan dan pembangunan bendungan

Potensi polusi sungai bila limbah galian mengandung unsur beracun


Video luapan Sungai Batang Toru di Jembatan Trikora menunjukkan gelondongan kayu dalam jumlah besar. WALHI Sumut mensinyalir kayu-kayu tersebut berasal dari area pembangunan infrastruktur PLTA.

3. PT Toba Pulp Lestari (PKR)

Ratusan hingga ribuan hektare hutan di DAS Batang Toru telah beralih fungsi menjadi Perkebunan Kayu Rakyat (PKR) yang ditanami eukaliptus, terutama di Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan.

4. Skema PHAT (Pemanfaatan Kayu Tumbuh Alami)

Pembukaan hutan melalui skema PHAT menjadi salah satu pemicu banjir bandang. Kawasan koridor satwa yang menghubungkan Dolok Sibualbuali–Hutan Lindung Batang Toru Blok Barat telah terdegradasi sedikitnya 1.500 hektare dalam tiga tahun terakhir.


Baca Juga: WALHI Sumut Tuntut Tambang Emas Martabe PT Agincourt Tapsel Hentikan Eksploitasi: 114 Hektar Hutan Hilang, Orangutan Tapanuli Terancam Punah

Rianda menegaskan bahwa banjir bandang dan longsor bukan sekadar akibat hujan ekstrem.

“Setiap banjir membawa kayu-kayu besar, dan citra satelit menunjukkan hutan gundul di sekitar lokasi. Ini bukti campur tangan manusia melalui kebijakan yang memberi ruang pembukaan hutan. Ini adalah bencana ekologis akibat kegagalan negara mengendalikan kerusakan lingkungan," tegasnya.


WALHI Sumut juga memiliki catatan khusus untuk PT Agincourt Resources. Disebutkannya berdasarkan AMDAL, PT Agincourt Resources memproduksi 6 juta ton emas per tahun, dan berencana meningkatkan kapasitas menjadi 7 juta ton dengan membuka 583 hektare lahan baru untuk fasilitas tailing, termasuk penebangan 185.884 pohon.

Investigasi WALHI menemukan bahwa sekitar 120 hektare sudah dibuka.

Dokumen dampak lingkungan perusahaan itu sendiri mencantumkan risiko:

- perubahan pola aliran sungai

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Iin Prasetyo

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Gubsu : Bantuan Korban Bencana Harus Tepat Sasaran

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:07 WIB
X