Syafa juga menjelaskan bahwa pihak MTsN 1 Langkat melalui wali kelas telah melakukan pendataan terhadap siswa yang mengalami kendala mengikuti asesmen daring.
Pendataan ini dilakukan sebagai bentuk kepedulian madrasah terhadap kondisi siswa terdampak bencana. Setelah berdiskusi dengan orang tuanya, Syafa memutuskan untuk tetap mengikuti asesmen sesuai jadwal.
Baca Juga: DKP PWI Sumut Gelar Dialog Pers Penerapan AI dalam Karya Jurnalistik, Tekankan Etika Profesional
“Setelah berdiskusi dengan orang tua, saya menyatakan siap mengikuti asesmen,” tuturnya. Keputusan tersebut diambil dengan penuh pertimbangan dan dukungan keluarga.
Lebih lanjut, Syafa menyampaikan bahwa madrasah tidak mewajibkan siswa terdampak bencana untuk mengikuti asesmen yang telah terjadwal. Pihak sekolah memberikan kebijakan khusus berupa ujian susulan bagi siswa yang belum memungkinkan mengikuti asesmen.
“Pihak madrasah juga tidak mewajibkan siswa terdampak untuk ikut asesmen sekarang, kami bisa mengikuti ujian susulan saat kondisi sudah memungkinkan,” jelas Syafa. Kebijakan ini membuat siswa merasa lebih tenang dan tidak terbebani.
Kepala MTsN 1 Langkat, Syamsul Bahri, S.Pd., M.Pd., membenarkan hal tersebut. Menurutnya, pelaksanaan ASAS tetap mengacu pada kalender akademik yang telah ditetapkan. Namun, sebelum asesmen dilaksanakan, pihak madrasah telah melakukan pendataan menyeluruh terkait kesiapan siswa, khususnya yang terdampak bencana banjir.
“Pelaksanaan ASAS tetap sesuai kalender akademik, tetapi sebelumnya kami sudah melakukan pendataan kemampuan dan kesiapan siswa, terutama yang terdampak bencana,” jelas Syamsul Bahri.
Baca Juga: DKP PWI Sumut Gelar Dialog Pers Penerapan AI dalam Karya Jurnalistik, Tekankan Etika Profesional
Hasil pendataan tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 96 persen siswa MTsN 1 Langkat menyatakan siap mengikuti asesmen secara daring. Meski demikian, madrasah tetap mengedepankan prinsip kemanusiaan dan fleksibilitas bagi siswa yang benar-benar mengalami kendala.
“Pendataan menunjukkan lebih dari 96 persen siswa siap mengikuti asesmen, namun kami tetap memberikan kelonggaran bagi siswa terdampak untuk mengikuti ujian susulan,” tegas Syamsul Bahri.
Kisah Syafa Salsabila pun menjadi gambaran nyata bahwa di tengah ujian bencana, masih ada ujian lain yang dihadapi dengan semangat, keteguhan, dan harapan. (IW)