Baca Juga: Tegaskan Pemilihan Rektor Bersih, Senat Akademik USU: Tak Ada Politik Uang
Proses pembuatan ecobrick dilakukan oleh warga sendiri. Setiap rumah tangga diajak memilah sampah dari sumbernya. Plastik bersih kemudian dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke botol bekas, lalu dipadatkan menggunakan kayu atau stik khusus.
Bank Sampah Desa Aek Pining menerima ecobrick yang sudah memenuhi standar berat minimal 200 gram per botol. Setiap botol dihargai Rp6.000, tergantung kualitas dan kerapatannya.
Puji Lestari juga menyampaikan apresiasi kepada PTAR yang telah mendukung program ini. Ia berharap gerakan ecobrick bisa menjadi langkah awal menuju Lingkungan bebas plastik.
Baca Juga: Jaga Keanekaragaman Hayati, Batangtoru Diperkuat Melalui Empat Koridor Satwa
“ Ini bukan hanya soal kebersihan lingkungan tapi juga masa depan anak cucu kita. Kalau lingkungan sehat, ekonomi masyarakat ikut tumbuh, " ujar Puji
Program penyerapan ecobrick ini mendapat dukungan dari Pemerintah Kelurahan dan beberapa pihak swasta, termasuk PTAR, perusahaan tambang yang beroperasi di sekitar Batangtoru.
Dukungan diberikan dalam bentuk pelatihan, penyediaan alat dan pemasaran hasil ecobrick ke pasar yang lebih luas.
Baca Juga: Kecelakaan Beruntun di Batangtoru, Truk Muatan Beras Hantam Avanza, Pick-up dan Rumah
" PTAR banyak berperan berikan pendampingan kepada kami juga menggandeng pemerintah untuk belajar mengolah ecobrick menjadi berbagai produk, seperti keranjang belanja, asbak, pot bunga, alas meja. Hasil dari penjualan produk tersebut bisa membantu ekonomi keluarga, " ungkapnya
Mimpi juga menjadikan Kelurahan Aek Pining sebagai Kelurahan bebas plastik bukan hanya untuk hari ini, tetapi juga warisan bagi generasi mendatang.
Kami ingin anak-anak tumbuh di lingkungan yang bersih, sehat dan penuh harapan, sambil memiliki pemahaman bahwa menjaga bumi adalah bagian dari kehidupan sehari-hari.
" Jika suatu hari Aek Pining dikenal sebagai Kelurahan yang berhasil mengubah sampah menjadi berkah, itulah kebanggaan terbesar kami, ” tutup Puji dengan senyum penuh semangat.
Baca Juga: Batangtoru Jadi Contoh Penguatan Koperasi Desa
Bagi sebagian warga, kegiatan ini bukan hanya soal uang, tapi juga rasa bangga. Mereka merasa berkontribusi menjaga lingkungan sekaligus memberi contoh positif kepada warga masyatakat
“ Kalau rajin, dalam sebulan satu orang bisa mengumpulkan hingga 8 botol. Lumayan untuk tambahan uang jajan sekolah, ” kata Siti Nurhalijah, siswi Kelas IX SMP 1 Batangtoru