Menguak Misteri Umur Bumi dan Alam Semesta

photo author
- Senin, 2 September 2019 | 00:00 WIB

JAKARTA - RealitasOnline | Peneliti memperkirakan umur Bumi mencapai 4,54 miliar tahun dengan margin error 50 miliar tahun. Sebagai perbandingan, galaksi Bima Sakti tempat tata surya berusia sekitar 13,2 miliar tahun atau tiga kali lebih tua dari usia tata surya dan Bumi. Sementara usia semesta sendiri diperkirakan berusia 13,8 miliar tahun. 

Angka ini didapat dari hasil penggabungan penelitian di Bumi dan luar angkasa. Usaha penelitian umur Bumi sendiri telah berlangsung sejak 400 tahun lalu. Namun, usaha untuk mengukur umur Bumi ini tidak mudah. Baru pada 1953 peneliti berhasil menyimpulkan umur Bumi yang ada di angka 4,54 miliar tahun itu. 

Sebelumnya, mereka sempat berusaha menentukan umur Bumi dari perubahan tinggi permukaan laut, kadar garam air laut, dan dengan mengukur temperatur dari perhitungan waktu yang dibutuhkan  Bumi atau Matahari menjadi dingin. Tapi dengan teknologi yang ada, metode pengukuran ini ternyata tidak tepat. Sebab perubahan permukaan laut ternyata adalah proses yang terus berubah alih-alih terjadi secara bertahap selama bertahun-tahun. 

Mereka lantas mencoba mengukur umur Bumi dari meneliti batuan-batuan tertua di Bumi, hingga mencari data batuan di Bulan dan meteorit yang mendarat di Bumi.

Perkara penelitian batuan

Tapi, penelitian batuan punya kesulitannya sendiri, sebab, pelat tektonik Bumi terus bergerak. Hal ini membuat batuan pun terus terbaharui. Sehingga batuan pertama pun nyaris sulit untuk ditemukan, karena mereka telah terdaur ulang, meleleh, dan terbentuk menjadi batuan baru. 

Ketika mereka mencoba mengamati lapisan batuan Bumi, ada kendala lain yang disebut Great Unconformity (Ketidakcocokan Besar). Para ahli menemukan lapisan batuan Bumi seperti di Grand Canyon misalnya, tidak tersusun sesuai urutan waktu. Lapisan batuan di ngarai yang sangat dalam itu kehilangan batuan berumur 1,2 miliar tahun. 

Terdapat banyak penjelasan mengapa batuan ini menghilang. Pada 2019  salah satu studi memperkirakan hilangnya lapisan batuan ini akibat Zaman Es yang menyebabkan glasier menggerus lapisan batuan di masa itu Dan menyebabkan ketidakharmonisan ini. Pelat tektonik lantas mendorong batuan yang hancur ini ke bagian perut Bumi, menghilangkan jejak batuan zaman itu dan membuatnya jadi batuan baru.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: [email protected]

Rekomendasi

Terkini

PT AR Gandeng MGEI Gelar OlympiAR 2022 Bagi Mahasiswa

Minggu, 18 Desember 2022 | 13:43 WIB

Saat Toyota Supra Melawan Kodrat

Rabu, 2 Oktober 2019 | 00:00 WIB

Menguak Misteri Umur Bumi dan Alam Semesta

Senin, 2 September 2019 | 00:00 WIB

Ketatnya Persaingan Ponsel Sub-Brand

Rabu, 2 Januari 2019 | 00:00 WIB

Panduan Membeli Laptop

Rabu, 2 Januari 2019 | 00:00 WIB

Hubungan Pusaran Kutub dengan Pemanasan Global

Rabu, 2 Januari 2019 | 00:00 WIB
X