Lebih lanjut, Masady menambahkan, selain memberi nilai tambah ekonomi, pengembangan sidat dan baramundi juga berpotensi menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat pesisir dan pedalaman Aceh. Dari rantai penangkapan benih, pendederan, pembesaran hingga pengolahan, sektor ini bisa menyerap banyak tenaga kerja lokal. Hal ini relevan dengan kondisi Aceh, di mana tingkat pengangguran terbuka masih lebih tinggi dibanding rata-rata nasional.
Dengan basis alam yang sudah mendukung, pasar yang siap menyerap, serta dukungan regulasi, Aceh sebenarnya memiliki modal kuat untuk menjadi sentra sidat dan baramundi di Indonesia, bahkan Asia. Namun, hal itu hanya bisa terwujud bila pemerintah daerah berani mengubah arah program, menghadirkan inovasi, dan memperkuat pembinaan pembudidaya. (Zal)