MEDAN - realitasonline.id | Mahasiswa baru Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) Medan diminta jadi relawan moderasi beragama terbebas dari virus terorisme, radikalisme dan intoleransi beragama. Permintaan ini disampaikan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Dr Boy Rafli Amar MA.
"Mahasiswa baru UIN Sumatera Utara harus mewaspadai pesan dan narasi terorisme, radikalisme dan intoleransi beragama yang dapat menyesatkan di media sosial yang menaburkan benih-benih kebencian," kata Komjen Pol Boy Rafli Amar pada Kuliah umum berjudul "Peran BNPT Dalam Pencegahan Terorisme dan Radikalisme" di kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Tahun 2022 mulai 30-31 Agustus 2022 di UIN Sumatera Utara Medan di Kampus IV Tuntungan, Selasa (30/8/2022).
Lanjut Boy, kalau Covid-19 sudah membaik namun pandemi virus teroris dan radikal menjadi ancaman yang mengarah kepada terorisme dan radikalisme dengan ideologi anti Pancasila. Kemudian bersifat transnasional yang dibawa dari negara diluar Indonesia serta membahayakan generasi bangsa. Karakter menggunakan kekerasan yang ekstrem.
"Paham radikal juga muncul dalam agama yang mengumandangkan jihad dengan kaum kafir, menghalalkan segala cara baik membunuh, merampok atau menyakiti orang lain. Semua karakter itu bukan jati diri bangsa kita dengan pemahaman melawan pemerintah adalah jihad dalam agama," paparnya.
Kepala BNPT juga menyebutkan, ada 2.000 kasus terorisme dan radikalisme terjadi di Indonesia. Lebih dari 2.000 warga berangkat ke Suriah untuk berjihad dan mereka berada di kamp pengungsian yang hidupnya memprihatinkan. Dampak media sosial (medsos) mengakibatkan munculnya pendidikan ekstrem melibatkan kaum perempuan menjadi pelaku terorisme.
Untuk itu guna mengatasi paham radikalisme dan terorisme maka ada 5 vaksin yang dibutuhkan antara lain, transformasi wawasan kebangsaan dan pemahaman terhadap NKRI, transformasi Pancasila dan UUD 1945, transformasi moderasi beragama, transformasi pembangunan kesejahteraan dan transformasi budaya nusantara dan nilai-nilai kearifan lokal.
Kedepan peran pemerintah, akademisi dan media harus diperkuat agar pesan dan narasi terorisme dan radikalisme tidak akan muncul dan menimbulkan rasa ketakutan di tengah masyarakat. "Mari kita meningkatkan kecintaan terhadap bangsa ini, hidup dengan keberagaman tanpa perbedaan, saling menghargai dan Indonesia harmoni, kita jadi kuat dan bangsa jadi hebat," jelasnya.