Rektor Muryanto Amin menjelaskan, tema tersebut diusung karena Indonesia tidak hanya memiliki keberagaman dalam hal budaya, tetapi juga pada pandangan politik, keagamaan, dan etnik. Karena itu, keberagaman yang hadir dalam kultur berbangsa dan relasi sosial harus dipahami.
“Keberagaman yang hadir dalam kultur berbangsa dan relasi sosial harus dipahami secara bijak serta dimaknai sebagai kekuatan besar untuk mendukung pembangunan,” kata rektor.
Rektor berharap, dengan materi keberagaman yang disampaikan menjadi kesempatan bagi mahasiswa USU untuk meningkatkan wawasan keilmuan dan menguatkan paham kebangsaan. “Kuliah ini diharapkan mampu memberi pemahaman bahwa keberagaman itu penting untuk bisa memperkuat Indonesia,” ujar Muryanto Amin.
Gubernur Lemhannas Andi Widjajanto dalam materinya menyampaikan tentang optimisme Indonesia untuk menjadi kekuatan pada ekonomi dunia dengan momentum G20. Kemudian tentang antisipasi kebijakan ekonomi karena Indonesia telah melalui titik-titik kritis dunia seperti pemulihan Covid, konflik Rusia-Ukraina, dan ketegangan antara Amerika dan China.
“Dua hal yang pertama soal optimisme, ke depan kita berada di momentum yang tepat untuk melompat menjadi kekuatan ekonomi dunia, karenanya kita harus fokus untuk bisa melakukan adopsi ekonomi biru, ekonomi hijau serta transformasi digital,” jelas Andi.
Menurutnya, materi pada kuliah umum ini sangat penting diberikan kepada mahasiswa, karena mahasiswa akan memiliki bayangan untuk berkarir dalam 20 tahun ke depan dan dapat menyesuaikan diri terhadap tantangan global dan perkembangan teknologi dalam berbagai bidang.
Kuliah Umum Ketua PBNU
Sementara Ketua PBNU KH Yahya Cholil Staquf dalam materinya menyampaikan, ekonomi Indonesia hanya bisa bangkit ketika masyarakat turut aktif bergerak dan berkonsolidasi mengatasi masalah-masalah besar yang menjadi penghalang keharmonisan.