Baca Juga: Kota Pematangsiantar akan Jadi Indikator Pilkada 2024 di Sumatera Utara, Begini Kata Ketua KPU
Sebelum dilaporkan hilang, Aisyah sempat memberikan uang saku kepada Agung yang kemudian kembali ke pondok.
Namun, beberapa hari kemudian, Aisyah menerima laporan bahwa Agung sudah tiga hari tidak mondok di pesantren.
“Mereka minta anak kami kembali ke pondok sementara setahu kami dia ada di situ,” tutur Aisyah.
Pertemuan terakhir Aisyah dengan anaknya terjadi di pasar saat Agung baru selesai meminta sumbangan.
Baca Juga: Pj Gubernur Agus Fatoni: Persiapan PON 2024 Sumut On Progress, Optimis Tepat Waktu
“Saat saya ketemu dengan anakku, dia bersama temannya, mereka baru pulang dari minta-minta sumbangan,” terangnya.
Aisyah kemudian mempertanyakan tanggung jawab pihak pondok karena tidak mengetahui keberadaan santrinya, namun pihak pondok pesantren menyangkal dan menyebut Agung pergi tanpa sepengetahuan pembina pondok.
Kapolsek Ranomeeto, AKP Ansar Ali, mengakui bahwa pihaknya telah melakukan berbagai penyelidikan dan penelusuran, namun belum ada informasi valid yang mengarah pada keberadaan Agung.
“Kami telah memeriksa delapan orang saksi, termasuk anggota keluarga Agung dan staf pondok pesantren. Saya tetap optimis semoga anak ini bisa kita temukan dalam keadaan sehat walafiat,” ungkap Ansar Ali.
Ansar menyebut bahwa menurut keterangan pihak pesantren, Agung pergi dari pondok sejak Minggu, (25/7).
“Anak itu dilihat tidak sempat masuk di pondoknya lagi, hanya terlihat berdiri di samping masjid, setelah itu tidak diketahui lagi keberadaannya,” ujarnya.
Kapolsek menambahkan bahwa kurangnya informasi yang akurat dan bukti-bukti menjadi kendala dalam penanganan kasus ini.
Tri Mandala menegaskan bahwa selain mencari keadilan bagi Agung, pihaknya juga meminta agar Kementerian Agama menutup sementara pesantren tersebut hingga kasus ini terselesaikan.