realitasonline.id - Pada perdagangan Kamis (1/8/204) harga minyak mentah mengalami kenaikan dengan memperpanjang kenaikan dari sesi sebelumnya.
Berdasarkan data yang dilansir dari Reuters, kontrak berjangka minyak mentah Brent naik 78 sen atau 1% menjadi US$81,62 per barel pada pukul 08:00 GMT.
Sedangkan kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 79 sen, juga 1% menjadi US$78,70 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Jenis Brent Naik 39 Sen ke Level US$ 79,02 Per Barel
Kontrak paling aktif pada kedua patokan minyak melonjak sekitar 4% pada sesi sebelumnya.
Setelah pembunuhan seorang pemimpin Hamas di Iran meningkatkan ancaman konflik Timur Tengah yang lebih luas dan kekhawatiran akan dampaknya pada minyak.
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh tewas di ibu kota Iran, Teheran, pada hari Rabu (31/7).
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Masih Stabil Mendekati Level Terendah Sejak Awal Juni 2024
Kematian Haniyeh terjadi kurang dari 24 jam setelah komandan militer paling senior kelompok militan Hizbullah yang berbasis di Lebanon tewas dalam serangan Israel di Beirut.
Pembunuhan ini meningkatkan kekhawatiran bahwa perang Gaza yang telah berlangsung selama 10 bulan antara Israel dan Hamas berubah menjadi perang Timur Tengah yang lebih luas, yang dapat menyebabkan gangguan pasokan minyak dari wilayah tersebut.
"Pasar minyak sangat khawatir bahwa pembunuhan Haniyeh akan membawa Iran lebih langsung ke dalam perang dengan Israel. Dan itu bisa membahayakan pasokan minyak Iran dan infrastruktur terkait," tulis analis Vivek Dhar di Commonwealth Bank of Australia dalam sebuah catatan kepada klien.
Dhar mengatakan, pasar akan khawatir tentang kemampuan Iran untuk meningkatkan ketegangan melalui pengendaliannya atas Selat Hormuz.
"Memblokir jalur air utama mengancam transportasi 15-20% pasokan minyak global. Dengan kapasitas pipa cadangan yang terbatas untuk menghindari blokade semacam itu, Selat Hormuz muncul sebagai potensi gangguan besar bagi pasar minyak," kata Dhar.
Juga mendorong harga naik adalah serangkaian rilis data dari AS, konsumen minyak terbesar dunia, dan dolar yang lebih lemah.
Permintaan ekspor yang kuat mendorong persediaan minyak mentah AS turun 3,4 juta barel dalam minggu yang berakhir 26 Juli menjadi 433 juta barel, data dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan pada hari Rabu.