Sehingga lanjut Sutrisno, dalam konteks Pilgub Sumut 2024, Edy Rahmayadi yang mewakili pantai timur, maka Cawagubnya harus mewakili pantai barat, kawasan Danau Toba, dan dataran tinggi.
Dimungkinkan dengan hanya dua pasangan calon, kata Sutrisno, maka pasangan yang bersedia merangkul kelompok Kristen-lah yang menang. Maka jika ingin menang, tidak ada rumus lain bagi PDIP selain memastikan bahwa Pilgub 2024, Edy Rahmayadi dipasangkan dengan politisi sipil dari kelompok Kristen.
"Jika ngotot dengan rasionalisasi hasil survei, bahwa Cawagub Edy Rahmayadi harus dari kelompok Islam juga, maka pasti akan kalah. Sebab jika tidak ada Cawagub dari kelompok Kristen, maka kelompok ini mungkin akan tidak akan memilih (golput) atau mengalihkan suara kepada lawan," sebutnya.
"Maka pasangan Cagub dan Cawagub pelangi yang selalu diusung PDIP adalah yang terbaik di Sumut," sambungnya.
Baca Juga: Edy-Nikson Paket Komplet, Mahasiswa Yakin Menang di Pilgub Sumut 2024
Sutrisno menyebut, PDIP hanya perlu mencari sosok yang memiliki akar yang kuat, memiliki komunitas basis yang solid, dan dapat diterima oleh orang tua dan anak muda kelompok Kristen.
Selain pemilihan Cawagub, PDIP perlu membangun tim pemenangan (kampanye) yang kuat. Para pemain tua yang terbukti gagal (2008, 2013, dan 2018) sebaiknya jadi penasihat.
"Kita butuh panglima "perang" yang andal, organisator yang ulung, ahli strategi yang mumpuni, yang mampu memimpin dan menggerakkan semua lini," sebutnya.
Dikatakan Sutrisno, pemimpin yang memiliki latar belakang organisasi yang kuat, jejaring yang luas. Pemimpin yang tidak pernah terlibat dalam perbuatan tercela, dan melukai hati rakyat seperti korupsi, narkoba, ilegal logging, rentenir, judi, dan perdagangan hewan pun manusia.
Baca Juga: Nikson Nababan Raih CNN Indonesia Awards 2024 Kategori Outstanding Regional Development Initiator
Ditambahkan Sutrisno, Pilgub Sumut akan menarik dan dapat dijadikan role model oleh PDIP. Pilgub Sumut dirancang bukan untuk sekedar mengalahkan kekuasaan. Pilgub Sumut adalah pertarungan untuk memenangkan rakyat, menang dari rasa takut dan intimidasi.
"Menang dari abuse of power, penyalahgunaan hibah, dan bantuan sosial (bansos). Bebas dari penyalahgunaan perangkat dan alat kekuasaan. Merdeka dari sandera politik dan hukum, sehingga rakyat berdaulat, melalui suara yang diberikan secara langsung, umum, bebas, dan rahasia di TPS. Rakyat menang bersama PDIP, Satyam Eva Jayate, Merdeka!," pungkasnya. (AL)