SMSI tak boleh lupa, terus merangkul para pemilik perusahaan pers lokal agar terus berkembang dan terpacu maju dan sukses.
Visi Besar SMSI
SMSI dibangun atas buah pikir wartawan-wartawan senior di tubuh PWI Pusat. Dari sinilah visi misi besar itu terbangun.
Direncanakan atau tidak, tupoksi SMSI jauh lebih luas ketimbang organisasi pers personal.
SMSI tidak hanya wajib memikirkan profesionalisme kewartawanan, namun jauh dari itu, bisnis jasa informasi perusahaan pers siber juga harus menjadi pokok utama dari serangkaian visi misi itu.
Keluarga besar SMSI se-Indonesia dipastikan menghadapi tantangan yang lebih kurang serupa. Mengedepankan pengembangan bisnis jasa informasi media siber.
Di tengah gempuran media sosial yang belum ada aturan pasti, yang semakin menjamur di tanah air, mengharuskan SMSI terus melebarkan sayap konsep bisnisnya. Dengan memanfaatkan jejaring media sosial tentunya.
Belum banyak media siber yang secara total dan optimal menjadikan medsos sebagai perpanjangan tangan dalam penyebaran informasi, bahkan berita itu sendiri sebagai produk jurnalistik murni.
Percaya atau tidak, kala disinggung dalam kontestasi Pilkada 2024 yang baru saja usai, media siber benar-benar receh!
Marwah karya jurnalistik seolah murah harganya, dan para kontestan politik lebih menggemari media sosial ketimbang perusahaan pers yang profesional.
Independensi perusahaan pers (siber) benar-benar 'diperjualbelikan'.
Sepatutnya, masyarakat pers sudah menyadari hal ini sedari awal. Narasi-narasi kartunis dan lucu-lucuan lebih disukai publik tertentu!
SMSI dari seluruh Indonesia harus menggaungkan kembali semangat Pers Pancasila yang punya nilai, berintegrasi dan kredibilitas tinggi sebagai salah satu Pilar Demokrasi.
SMSI jangan hanya menang kuantitas semata, namun juga punya kualitas tinggi dalam menerbitkan produk-produk jurnalistik tadi.
Buzzer seolah lebih menjual dari pada produk jurnalistik yang bertanggung jawab. Tapi memang itulah fakta dan maknanya.