Agenda lain yang mendapat perhatian adalah persetujuan penerbitan obligasi senior dan izin prinsip aksi korporasi untuk pelaksanaan private placement, yang akan menjadi langkah strategis dalam penguatan permodalan Bank Sumut ke depan.
Direktur Utama Bank Sumut: "Ekspansi dan Efisiensi Jadi Fokus"
Direktur Utama Bank Sumut Babay Parid Wazdi dalam keterangannya menekankan bahwa langkah ekspansi yang dilakukan tetap mempertimbangkan efisiensi dan tata kelola yang baik.
"Strategi ekspansi tetap menjadi fokus, tetapi kita juga harus memperhitungkan efisiensi anggaran dan sumber pendanaan alternatif. Ada tantangan dalam pengelolaan modal, tetapi kami terus mencari opsi terbaik, termasuk melalui private placement dan penerbitan obligasi," ujar Babay.
Lebih lanjut, Babay menjelaskan bahwa penyesuaian dalam penggunaan laba dilakukan untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan bisnis dan kepentingan pemegang saham.
"Realisasi dalam RUPS memutuskan distribusi laba sebesar 85% dalam bentuk tunai, sementara 15% dialokasikan sebagai cadangan umum. Ini merupakan bagian dari strategi untuk memperkuat permodalan bank dan menjaga keberlanjutan ekspansi di tahun mendatang," tambahnya.
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Komposisi CASA
Dari sisi pendanaan, simpanan atau dana pihak ketiga (DPK) Bank Sumut tumbuh 2,61% YoY menjadi Rp35,93 triliun. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan deposito sebesar 10,58% menjadi Rp19,09 triliun, serta tabungan yang naik 3,08% menjadi Rp13,28 triliun.
Namun, giro mengalami penurunan 26,87% ke angka Rp3,56 triliun, sehingga komposisi dana murah alias CASA Bank Sumut berada di level 46,87% dari total simpanan.
Dengan capaian ini, Bank Sumut optimis dapat terus meningkatkan kinerja dan memberikan kontribusi lebih besar bagi pembangunan ekonomi daerah.
Keputusan dalam RUPS ini menjadi pijakan penting untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan di tahun 2025. (AL)