“Waktu pengumuman SKD keluar, saya menangis. Saya lolos, walau berada di urutan terakhir. Tapi itu cukup jadi harapan untuk terus maju,” ucapnya.
Tes SKB CAT sempat membuat semangatnya runtuh, sebab nilainya kurang memuaskan. Namun ia tak berhenti. Ia bangkit lagi untuk menghadapi SKB non-CAT. Di tengah kelelahan, ia tetap belajar, tetap berdoa, tetap percaya bahwa tak ada usaha yang sia-sia di hadapan Allah.
Hari pengumuman kelulusan tiba. Hannum bahkan tak sanggup membuka hasilnya sendiri. Ia meminta sahabatnya untuk membuka pengumuman itu. Segera sewaktu kabar bahagia itu datang, ia hanya bisa menangis, bersujud, dan segera menelepon orang tuanya di kampung.
“Suara ibu saya bergetar sambil menangis. Ayah saya juga tak bisa berkata-kata. Akhirnya, anak rantau mereka yang dulu hanya berangkat dengan harapan, kini pulang membawa amanah,” ucap Hannum lirih.
Baca Juga: Ribuan Anggota BPD Demo Tuntut Sahkan P-APBD 2025, Ketua DPRD Deli Serdang tak di Tempat
Ia menyadari bahwa apa yang ia capai hari ini bukan semata hasil kerja keras. Ia percaya, ada doa yang diam-diam menembus langit. Doa dari orang tua, dari sahabat-sahabat yang tulus mendukung, dan dari dirinya sendiri yang memilih untuk tidak menyerah. “Allah tidak pernah tidur. Ia melihat setiap usaha hamba-Nya yang sungguh-sungguh ingin memantaskan diri,” tuturnya penuh haru.
Kini, Hannum memulai langkah baru sebagai ASN di Kementerian Agama. Baginya, ini bukan hanya status. Ini adalah bentuk pengabdian yang lahir dari cinta dan doa. Amanah yang harus dijaga, bukan sekadar pekerjaan yang dijalani.
“Semoga dengan menjadi bagian dari Kemenag, saya bisa menyeimbangkan dunia dan akhirat. Dan semoga saya bisa menjadi pelayan masyarakat yang membawa manfaat,” tutupnya.(IW)