Penulis: Dewi Fortuna Grace Dayanty Napitupulu, S.Kep,. Ns dan Dr Siti Zahara Nasution, S.Kp.,MNS (Program Studi Magister Ilmu keperawatan F.Kep. USU)
Realitasonline.id - Kesehatan masyarakat tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan
fasilitas medis, tetapi juga oleh kemampuan masyarakat itu sendiri untuk memahami dan menerapkan perilaku hidup sehat.
Di tengah perubahan gaya hidup modern yang serba cepat, banyak masyarakat
Indonesia masih berjuang dengan masalah gizi, rendahnya aktivitas fisik, dan kebiasaan hidup tidak sehat.
Salah satu teori yang relevan untuk menjawab tantangan tersebut adalah Health Promotion Model (HPM) yang dikembangkan oleh Nola J. Pender.
Baca Juga: Jembatan Darurat Sei Kualanamu Lubuk Pakam Ditutup Dilintasi Mobil Akibat Longsor
Teori ini berfokus pada upaya promotif dan preventif melalui perubahan perilaku individu dan komunitas.
Menurut Pender, kesehatan bukan hanya ketiadaan penyakit, tetapi kondisi optimal yang dicapai melalui perilaku sadar kesehatan.
Perawat memiliki peran penting sebagai agen perubahan dalam teori ini. Mereka berfungsi sebagai pendidik, motivator, dan fasilitator yang membantu masyarakat memahami manfaat perilaku sehat dan mengatasi hambatan yang ada.
Baca Juga: Gulat Sumut Tunjukkan Peningkatan di PON Bela Diri Kudus 2025
Beberapa penelitian internasional telah mendukung efektivitas teori Pender. Alatawi et al. (2021) dalam BMC Nursing menemukan bahwa penerapan Health Promotion Model meningkatkan perilaku pencegahan penyakit kronis di komunitas pedesaan.
Hosseini et al. (2022) dalam International Journal of Environmental Research and Public Health melaporkan bahwa edukasi berbasis teori Pender meningkatkan aktivitas fisik dan pola makan sehat pada wanita usia produktif.
Karimy et al. (2020) dalam PLoS ONE membuktikan bahwa promosi kesehatan berbasis HPM memperbaiki perilaku gizi remaja di sekolah-sekolah Asia Selatan.
Baca Juga: Peringatan Hari Pangan Sedunia ke-45, Pemkab Bogor Ajak Masyarakat Perkuat Pangan Lokal