Penulis: Sondang Marisi Widyawati S, S.Kep., Ns dan Dr. Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS (Program Magister Ilmu Keperawatan F.Kep USU)
Realitasonline.id - Perempuan memegang peran strategis dalam menjaga kesehatan keluarga. Di sebagian besar rumah tangga, merekalah pengambil keputusan utama dalam hal pangan, kebersihan, dan pola hidup.
Ketika seorang perempuan memahami pentingnya menjaga kesehatan jantung, pengetahuan itu tidak hanya melindungi dirinya sendiri, tetapi juga memberi
dampak besar bagi seluruh anggota keluarga.
Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian utama di dunia, termasuk di Indonesia. Namun, sebagian besar faktor risikonya sebenarnya dapat dicegah melalui perubahan gaya hidup.
Baca Juga: Ini Strategi BRI Jaga Kualitas Pembiayaan KPR Subsidi
Pemberdayaan perempuan menjadi langkah penting untuk menanamkan kebiasaan
sehat di lingkungan keluarga, seperti mengatur pola makan, rutin beraktivitas fisik, dan melakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur.
Penelitian Ndejjo et al. (2021) dalam Global Heart Journal menunjukkan bahwa intervensi berbasis komunitas terbukti efektif menurunkan faktor risiko penyakit jantung di negara berpenghasilan menengah ke bawah.
Strategi yang paling berhasil adalah yang melibatkan perempuan sebagai agen promosi kesehatan di komunitas, karena mereka memiliki jaringan sosial luas dan pengaruh kuat terhadap perilaku keluarga.
Hasil serupa juga ditemukan oleh Githinji et al. (2024) dalam BMC Public Health, yang meneliti program Strong Hearts Healthy Communities.
Studi tersebut menggambarkan bagaimana perempuan perkotaan yang aktif dalam
kegiatan komunitas mampu menyesuaikan program pencegahan penyakit jantung
dengan budaya lokal.
Melalui kegiatan sederhana seperti kelas memasak sehat, jalan pagi bersama, dan
kelompok diskusi, perempuan berhasil menciptakan intervensi yang lebih diterima dan berkelanjutan di lingkungan mereka.
Dari sisi teori, pemberdayaan perempuan ini dapat dijelaskan melalui Health Promotion Model (HPM) yang dikembangkan oleh Nola J. Pender.