Berbagai persiapan kata Sekda, juga telah dan terus dilakukan sejak lama. Bahkan Pemprov memfasilitasi sekretariat panitia HPN di Gedung Lama Kantor Gubernur sejak dua bulan terakhir. Hal tersebut agar Sumut sebagai tuan rumah, benar-benar siap dan memunculkan sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.
"Kita juga ingin para pengunjung nanti melihat objek wisata andalan, Danau Toba. Jadi tamu yang datang, termasuk dari luar negeri (duta besar) akan ke sana. Kita harus jadi tuan rumah yang baik, karena ini kita harapkan menimbulkan multiplier effect," tambah Sekda.
Sementara dalam kaitannya dengan refleksi eksistensi pers dari konteks perjalanan sejarah, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Atal S Depari menyampaikan perkembangan kehidupan pers dari masa ke masa.
Banyak media massa yang pernah berjaya pada masanya, kini harus padam dan tak mampu bertahan. Mengingat perubahan perilaku pembaca yang sangat kontras, dimana sebelum masuk era digitalisasi informasi, masyarakat terkesan masih mencari berita.
"Kalau dahulu, orang menunggu besok untuk membaca surat kabar. Sekarang ini setiap saat orang bisa dapat berita. Pertanyaannya, apakah mungkin media cetak akan bertahan? Jangan bersedih, karena yang sekarang masih bertahan, tetapi nanti bakal berakhir," sebutnya.
Begitu juga dari segi bisnis kata Atal. Bahwa media massa daring saat ini memanfaatkan kemudahan teknologi untuk memberikan informasi cepat kepada publik. Sehingga mereka mendapat penghasilan dari banyaknya pembacaan yang mengklik berita.
Pun begitu, tantangan banyaknya media daring saat ini perlu disikapi secara bijaksana dengan prinsip dan kode etik jurnalistik. Dimana tidak semua informasi itu adalah berita, apalagi dari segi kebenaran dan keadilan.
"Produk pers itu dikenal dengan prosesnya yang kolektif serta ada etikanya. Karena ada fungsi informasi, pendidikan dan ekonomis, termasuk kritik. Untuk itulah diperlukan ada kolaborasi (antara pers dan pemerintah)," katanya.