Oleh: Dr Siti Zahara Nasution SKp MNS & Farah Darayana SKep Ners
Talasemia adalah penyakit tidak menular yang diturunkan secara genetik oleh orang tua kepada anaknya.
Ada 2 klasifikasi talasemia, yakni berdasarkan kelainan genetik dan berdasarkan klasifikasi klinis.
Berdasarkan kelainan genetik yaitu talasemia alpha(α) dan beta(β), berdasarkan klasifikasi klinis yaitu talasemia mayor, intermedia dan minor.
Penyakit ini berupa kelainan bentuk sel darah merah yang berubah-ubah karena ketidakmampuan tubuh dalam memproduksi hemoglobin normal.
Sel darah merah bertugas untuk membawa oksigen ke seluruh sel di dalam tubuh.
Oksigen kerap diibaratkan sebagai makanan dalam tubuh. Sehingga apabila oksigen tidak terpenuhi, tubuh akan terasa sesak, lelah dan lemah. Kondisi ini disebut anemia.
Anemia ringan maupun berat mungkin dialami oleh penyandang talasemia.
Anemia berat dapat merusak organ dan menyebabkan kematian.
Penyandang talasemia berat tidak bisa memproduksi sel darah merah secara normal.
Sel darah merah yang diproduksi mudah rusak dan berumur kurang dari 120 hari sehingga memerlukan transfusi darah.
World Heatlh Organization (WHO) menyatakan bahwa insiden pembawa sifat
Talasemia di Indonesia berkisar 6-10%, artinya dari setiap 100 orang penduduk terdapat 6-10 orang pembawa sifat Talasemia.
Baca Juga: Pemko Medan Raih Penghargaan Sebagai Pemerintah Daerah dengan Implementasi KKPD Terbaik 2023
Berdasarkan hasil penelitian Lembaga Penelitian Biomolekuler Eijkman tahun 2012, diperkirakan angka kelahiran bayi dengan talasemia mayor sekitar 20% atau 2.500 anak dari jumlah penduduk ±240 juta.
Menurut Riskesdas 2007, Provinsi Aceh (13,4‰) memiliki prevalensi tinggi pada prevalensi nasional.