Penulis : Nadia Zahra, S.Kep., Ns dan Dr. Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS (Program Magister Ilmu Keperawatan F.Kep.USU)
Realitasonline.id | Medan - Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit tropis yang hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia.
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
DBD tidak hanya menyebabkan beban kesehatan, tetapi juga ekonomi dan sosial yang besar, terutama di lingkungan padat penduduk dengan kebersihan yang rendah.
Baca Juga: Sutarto Minta Pemerintah Lakukan Penanganan dan Penanggulangan Wabah DBD Nisel
Faktor Risiko Lingkungan
Lingkungan yang kotor, banyak genangan air, serta kurangnya kesadaran dalam pengelolaan sampah rumah tangga menjadi faktor utama berkembang biaknya nyamuk penyebar virus dengue.
Botol bekas, talang air yang mampet, ban bekas, dan tempat penampungan air yang tidak tertutup dapat menjadi tempat ideal berkembangnya jentik nyamuk.
Studi terbaru oleh Prasetyo et al. (2024) menyebutkan bahwa 78% kejadian DBD di daerah urban berkaitan erat dengan rendahnya praktik pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di rumah warga.
Baca Juga: Lindungi Si Kecil dari DBD: 10 Cara Mudah dan Efektif!
Tanda dan Gejala DBD
Tanda dan gejala DBD sering kali muncul dalam 4–7 hari setelah digigit nyamuk yang terinfeksi. Gejalanya dapat ringan hingga berat dan meliputi:
- Demam tinggi mendadak (>38,5°C)
- Sakit kepala hebat
- Nyeri di belakang mata
- Nyeri otot dan sendi (dikenal sebagai “breakbone fever”)
- Mual dan muntah
- Ruam kulit atau bintik-bintik merah
- Mimisan atau gusi berdarah
- Perut kembung dan nyeri tekan
- Tanda- tanda pendarahan seperti memar spontan
Jika tidak ditangani dengan tepat, DBD dapat berkembang menjadi Dengue Shock Syndrome (DSS) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) yang berisiko kematian.
Penanganan DBD