medan

Pencegahan Hipertensi melalui Posbindu:Peran Komunitas melalui Health Promotion Model

Minggu, 19 Oktober 2025 | 11:54 WIB
Penulis : Herlin Fransiskawaty Surbakti, S.Kep., Ners. (Realitasonline.id/Dok)

Penulis : Herlin Fransiskawaty Surbakti, S.Kep., Ners dan Dr. Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS (Program Studi Magister Ilmu keperwatan USU)

Realitasonline.id - Hipertensi saat ini menjadi salah satu ancaman kesehatan masyarakat di Indonesia.

Sering disebut sebagai silent killer, hipertensi bisa berkembang tanpa gejala, tetapi berdampak besar seperti stroke, penyakit jantung, dan gagal ginjal. Agar dampak ini dapat diminimalkan, strategi pencegahan primer dan deteksi dini sangat diperlukan — salah satunya melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM).

Di sinilah pendekatan keperawatan komunitas dengan teori Health Promotion Model (HPM) dari Nola J. Pender dapat memainkan peranan penting.

Baca Juga: Lantik 81 Pejabat, Bupati Bireuen Haji Mukhlis: Tidak Serius Bisa Dipindahkan Lagi

Apa itu Posbindu dan Keperawatan Komunitas?

Posbindu PTM adalah sebuah wadah di tingkat desa atau kelurahan untuk memantau dan mendeteksi dini penyakit tidak menular, termasuk hipertensi. Kader, tenaga kesehatan, dan masyarakat bekerja sama melalui pengukuran tekanan darah, konseling, edukasi perilaku hidup sehat, dan pemantauan berkala.

Keperawatan komunitas berarti perawat tidak hanya merawat pasien saat sakit, tetapi juga aktif dalam pengembangan kesehatan di masyarakat: menyuluh, membina, mendorong perubahan gaya hidup, serta memfasilitasi sumber daya agar masyarakat bisa hidup lebih sehat.

Health Promotion Model Nola J. Pender:

* Karakteristik individu & pengalaman sebelumnya, yang memengaruhi cara pandang dan perilaku terhadap kesehatan.

* Persepsi manfaat dan hambatan terhadap perilaku promosi kesehatan (misalnya, seberapa besar masyarakat merasa manfaatnya jika mengurangi konsumsi garam, dan apa saja hal yang menghalangi: biaya, akses, kebiasaan).

* Self-efficacy – keyakinan individu bahwa mereka mampu melakukan perubahan gaya hidup sehat.

* Stimulus eksternal/interpersonal – misalnya dukungan dari kader, keluarga, lingkungan sosial.

* Perilaku sebagai output – praktek nyata seperti pengukuran tekanan darah rutin, diet sehat, olahraga, berhenti merokok.

Halaman:

Tags

Terkini

Kota Medan Kirim 5 Armada Damkar ke Aceh Tamiang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43 WIB

UMP Sumut 2026 Naik 7,9 Persen Kini jadi Rp3.228.971

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:07 WIB