medan

Perawat dan Filsafat Ilmu: Menyembuhkan Tubuh, Menyentuh Jiwa

Rabu, 10 Desember 2025 | 08:53 WIB
Ns. Ulfah Salwani, S.Tr.Kep. (Realitasonline.id/Dok)

Oleh : Dr. Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS & Ns. Ulfah Salwani, S.Tr.Kep
(Program Studi Magister Ilmu Keperawatan USU)

Realitasonline.id - Dibalik seragam putih yang rapi, seorang perawat menjalankan
peran yang jauh lebih kompleks dari pada yang terlihat. Mereka bukan hanya
menyalurkan obat atau memeriksa tanda vital pasien, tetapi juga menjadi jembatan
antara ilmu pengetahuan dan kepedulian manusia.Filsafat ilmu dalam keperawatan hadir untuk menuntun setiap tindakan agar tidak hanya tepat secara medis, tetapi juga bermakna secara emosional dan manusiawi.

Penerapan filsafat ilmu membuat praktik keperawatan tidak hanya berbasis pengalaman semata, tetapi juga menggunakan logika, bukti ilmiah, dan nilai kemanusiaan dalam setiap tindakan. Filsafat ilmu sendiri dalam keperawatan dapat
dijelaskan melalui tiga dimensi penting. Pertama ontologi, yaitu pemahaman tentang hakikat realitas pada praktik keperawatan, berarti melihat pasien bukan sekadar sebagai individu yang sakit, tetapi sebagai manusia utuh dengan kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Kesadaran ini memungkinkan perawat memberikan perawatan holistik, bukan hanya menekankan penyembuhan penyakit fisik semata.

Baca Juga: Saat Hujan Turun, ISPA Mengintai Anak Kenali, Cegah, dan Tangani Sebelum Terlambat

Kedua, epistemology yang berkaitan dengan sumber dan cara memperoleh pengetahuan. Dalam pelayanan keperawatan, perawat tidak hanya mengandalkan pengalaman pribadi, tetapi juga evidence-based practice, penelitian terbaru, dan
teori keperawatan yang telah teruji. Misalnya, pemilihan intervensi tertentu untuk mencegah infeksi luka operasi atau penggunaan skala nyeri yang sudah divalidasi secara ilmiah. Dengan pendekatan ini, setiap tindakan menjadi terukur, aman, dan tepat sasaran, sehingga pasien menerima pelayanan yang berkualitas.

Ketiga, aksiologi yaitu nilai dan etika dalam praktik keperawatan. Perawat senantiasa
menempatkan empati, kepedulian, dan penghormatan terhadap hak pasien sebagai landasan utama. Menjaga kerahasiaan medis, menghormati pilihan pasien, serta memberikan dukungan emosional adalah bagian dari praktik aksiologi.

Baca Juga: Memaknai Filsafat Keperawatan di Era Generasi Muda

Penerapan filsafat ilmu ini terlihat jelas dalam berbagai situasi klinis. Di keperawatan anak, perawat menyesuaikan komunikasi dan intervensi dengan usia dan tingkat pemahaman anak. Cara berbicara, pendekatan bermain, hingga penggunaan alat perawatan yang ramah anak semuanya dirancang agar pasien merasa aman dan nyaman. Di keperawatan geriatri, pengalaman hidup lansia dijadikan panduan untuk memberikan perawatan yang manusiawi dan penuh penghargaan. Perawat menyadari bahwa kebutuhan lansia bukan hanya fisik, tetapi juga psikologis dan sosial. Sedangkan di keperawatan medikal bedah, protokol berbasis bukti diterapkan secara disiplin, namun tetap diimbangi dengan perhatian terhadap kenyamanan dan psikologis pasien.

Hal menarik dari penerapan filsafat ilmu dalam keperawatan adalah harmoni antara ilmu dan hati. Ilmu memberikan arah, struktur, dan kepastian bahwa tindakan yang dilakukan tepat dan efektif. Hati, atau empati, memberikan makna, rasa nyaman,
dan dukungan emosional yang dibutuhkan pasien untuk merasa dihargai dan diperhatikan. Kombinasi inilah yang membuat praktik keperawatan menjadi lebih dari sekadar pekerjaan, tetapi juga seni yang menyentuh hidup manusia secara utuh. Dengan memahami ontologi, epistemologi, dan aksiologi, perawat dapat mengevaluasi setiap tindakan, memperbaiki pendekatan, dan terus belajar agar pelayanan lebih optimal. Filosofi ini juga memperkuat hubungan antara pasien dan keluarga, karena perawat tidak hanya hadir untuk mengobati, tetapi juga menjadi sahabat dan pendamping dalam proses penyembuhan.

Baca Juga: PCOS pada Remaja: Jangan Panik, Hadapi dengan Hidup Sehat

Setiap tindakan perawat yang didasari oleh filsafat ilmu membawa dampak besar bagi kualitas pelayanan. Pasien yang merasa diperhatikan secara utuh cenderung lebih kooperatif, lebih cepat pulih, dan merasa lebih aman. Keluarga pasien juga memperoleh ketenangan karena melihat perawatan yang penuh perhatian, bukan sekadar prosedur medis. Ini membuktikan bahwa pelayanan keperawatan yang berbasis filosofi ilmu tidak hanya menyembuhkan tubuh, tetapi juga menyentuh jiwa.

Dengan memahami dan menerapkan filsafat ilmu, setiap perawat mampu menghadirkan pelayanan yang ilmiah, etis, profesional dan humanis. Menjadikan profesi keperawatan bukan hanya pekerjaan, tetapi panggilan hati untuk
menyentuh kehidupan orang lain dengan penuh makna dan bermanfaat.

Tags

Terkini

Kota Medan Kirim 5 Armada Damkar ke Aceh Tamiang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43 WIB

UMP Sumut 2026 Naik 7,9 Persen Kini jadi Rp3.228.971

Jumat, 19 Desember 2025 | 19:07 WIB