Realitasonline.id - Siang ini tak banyak tampak orang berlalu lalang, sebab cuaca yang sering berubah-ubah hingga enggan untuk keluar rumah.
Namun samar dari jauh, Ajib namanya, pria dua puluh tahun itu berjalan dengan semangat sambil memikul dagangannya.
Setelah mendekat, ternyata ia memikul kerupuk yang hendak ia jual keliling dengan berjalan kaki dengan kaus panjang coklat, celana hitam dengan sandal, dan topi yang ia kenakan.
Ajib berjalan dalam beberapa jarak ia lewati dengan harap ada warga sekitar yang membuka pintu untuk membeli kerupuknya.
Peluh keringatnya jatuh sedikit demi sedikit. Agaknya ia lelah setelah diketahui Ajib berjalan sekitar 8 km pulang-pergi dengan rute Laut Dendang - jalan Bilal, Medan untuk menjual kerupuk.
Ajib memulai berjualan sekitar pukul 10.00 pagi dengan mengambil 100 bungkus kerupuk dari produsen untuk setelahnya ia dan beberapa teman penjual lain meyebar dibeberapa tempat, ada yang berjalan dan ada pula yang menggunakan sepeda.
Baca Juga: Meruntuhkan Stereotip: Kisah Inspiratif Model Cantik dengan Down Syndrome
Namun Ajib memilih berjalan kaki untuk berjualan.
“Saya memilih berjualan berjalan kaki karena nggak punya kendaraan, lagipula kalau ada kendaraan ada pengeluaran di bensin, jadi untungnya lebih sedikit. Hitung-hitung jalan kaki sekalian gerakkan badan dan lebih santai sambil berjumpa dengan orang banyak,” ujarnya seraya memotong tali untuk menggantung kerupuk dengan menggunakan cutter yang ia siapkan.
Satu bungkus kerupuk dijual dengan harga Rp.5.000,-. Dalam sehari, jika cuaca mendukung ia bisa menjual hingga 80 bungkus kerupuk perhari.
Namun jika hujan deras misalnya, ia mengaku pernah menjual tidak lebih dari 10 bungkus. Meski tampak melelahkan, ia merasa tidak keberatan bekerja seperti ini.
“Setelah tamat sekolah, saya bingung mau kerja apa, baru dapat kabar mengenai jual kerupuk keliling ini. Dibanding saya tidak ada kerjaan dan menyusahkan orang lebih baik saya jualan, toh juga halal kok,”ujarnya.