Realitasonline.id - Dr. (H.C) Ir. Ciputra beliau bisa disebut sebagai bapak properti nasional dengan kerajaan propertinya sebagai salah satu yang terbesar di Indonesia.
Namun, tidak banyak yang tahu bahwa sebelum meraih kesuksesannya, Ciputra harus menjalani masa kecil yang pahit.
Ciputra lahir di Parigi, Sulawesi Tengah pada 24 Agustus 1931 dengan nama asli Tjie Tjin Hoan. Sebelumnya, sang ibu mempunyai 4 anak yang semuanya meninggal di umur 3 bulan.
Karenanya, sang ibu khawatir untuk melahirkan lagi, sehingga ketika mendapat anak lagi, anak tersebut harus diserahkan ke orang lain dan Ciputra bersama kedua kakaknya dibesarkan oleh tante dan neneknya.
Ia mengaku dididik oleh tante, nenek dan kakaknya dengan keras sekali. Ketika salah, ia dan sang kakak dipukul, hingga dikurung di gudang, apalagi Ciputra memang anak yang nakal dan sering melawan.
Selain masa kecil yang suram dan keras, Ciputra juga terlambat kembali ke bangku sekolah karena saat itu Indonesia masih dalam suasana perang.
Ia masuk kelas 3 SD di desa Bumbulan meski sudah berusia 12 tahun atau terlambat hampir 4 tahun.
Kepahitan masa kecil tersebut membuat ia bertekad untuk bisa bersekolah di Pulau Jawa agar bisa bebas dari kemiskinan dan kemelaratan.
Baca Juga: Apa Sih Keuntungan TikTok dan Tokopedia Bekerja Sama? Mari Simak Ternyata Ini Untungnya
Ia lulus dari SD di umur 16 tahun lalu kemudian melanjutkan SMP di Gorontalo dan jenjang SMA di Manado, baru kemudian berkuliah di ITB jurusan arsitektur.
Ciputra mulai merintis usaha mulai sejak menjadi mahasiswa arsitektur ITB bersama teman kuliahnya, Ismail Sofyan dan Budi Brasali dengan mendirikan PT Daya Cipta sekitar tahun 1957.
Biro arsitektur milik ketiganya tersebut, sudah memperoleh kontrak pekerjaan lumayan saat itu, dibanding perusahaan sejenisnya.
Proyek yang ditangani saat itu adalah gedung bertingkat sebuah bank di Banda Aceh. Di umur 29 tahun pada 1950,Ciputra lulus dari ITB dan kemudian pindah ke Jakarta.