Realitasonline.id| Ketika seseorang jatuh cinta bisa bikin mabuk kepayang. Karena, perasaan bahagia, kegembiraan dan keterikatan erat dengan pasangan bisa membuat hati berdegup lebih kencang.
Ternyata, ada hormon jatuh cinta berupa zat kimia dibalik perasaan ini yang membantu memicu dan memperkuat ikatan antarindividu dalam sebuah hubungan yakni oksitosin.
Hormon ini sebagai penyumbang kebahagiaan dan sering dijuluki sebagai hormon cinta atau hormon kebahagiaan karena peran kunci yang dimainkannya dalam membentuk ikatan emosional antara pasangan.
Oksitosin adalah hormon dan neurotransmitter yang diproduksi oleh kelenjar hipotalamus dan disimpan di kelenjar hipofisis, yang kemudian dilepaskan ke dalam darah.
Baca Juga: Ini Bedanya Pria dan Wanita Ketika Jatuh Cinta, Ternyata Perbedaannya Cukup Mencolok!
Hormon ini memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, termasuk interaksi sosial, kebahagiaan, dan, tentu saja, hubungan romantis.
Oksitosin diproduksi dalam respons terhadap rangsangan fisik atau emosional.
Dikutip dari berbagai sumber, kontak kulit, interaksi sosial positif atau bahkan pikiran yang memicu perasaan cinta dapat merangsang pelepasan oksitosin.
Sebaliknya, kurangnya kontak fisik atau interaksi sosial yang kurang positif dapat menghambat produksi hormon ini.
Peningkatan oksitosin tidak hanya memberikan manfaat dalam konteks hubungan romantis, tetapi juga memiliki dampak positif pada kesejahteraan emosional secara keseluruhan.
Hormon ini telah dikaitkan dengan peningkatan kebahagiaan, kesejahteraan psikologis, dan bahkan meningkatkan daya tahan tubuh.
Namun, seperti halnya dengan banyak aspek biologis, keseimbangan oksitosin dalam tubuh adalah kunci.
Ketidakseimbangan oksitosin dapat berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan mental, seperti gangguan kecemasan atau depresi.
Oksitosin memainkan peran sentral dalam membentuk dan memperkuat hubungan manusia.