realitasonline.id - Halo Effect merupakan istilah yang diperkenalkan oleh seorang tokoh psikolog pada tahun 1920 berasal dari Amerika yang bernama Edward L. Thorndike.
Baca Juga: Bak Virus! Fenomena Halo Effect Menyerang Otak Masyarakat Luas Saat Pemilu
Istilah halo effect ini merujuk kepada bias yang dapat memengaruhi bagaimana cara seseorang dalam menafsirkan suatu informasi terhadap orang lain
Siapa yang tidak mengetahui rakyat Indonesia di setiap lima tahun sekali masyarakat Indonesia merayakan pesta demokrasi atau biasa dikenal dengan Pemilihan Umum (Pemilu) Halo Effect bertebaran di mana-mana bak virus.
Baca Juga: Mengenal Availability Heuristic Dibalik Isu Inisial R yang Buat Geger Para Wanita
Memang, pada momen menjelang Pemilu kamu akan melihat banyak orang melakukan kampanye untuk menjadi calon anggota legislatif (Caleg), calon presiden (Capres), dan calon wakil presiden (Cawapres).
Kampanye dilakukan melalui poster, video, iklan media massa, dan sosial media untuk mengenalkan dan memberikan citra positif kepada para calon.
Melalui citra positif ini diharapkan dapat meningkatkan suara yang diperoleh dalam Pemilu. Membangun citra ini juga dapat menciptakan halo effect kepada para calon di mata masyarakat.
Bersama Psikolog Iswan Saputro akan mengenal fenomena halo effect yang muncul dalam masa kampanye pemilu.
Ingat ya, masa depan Indonesia dalam lima tahun ke depan ada di tangan kamu dengan menjadi pemilih yang objektif.
Mengenal Halo Effect
Halo effect adalah bias kognitif di mana kesan positif atau negatif di awal tentang seseorang atau sesuatu mempengaruhi persepsi atau penilaian secara keseluruhan terhadap seseorang atau objek.
Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog bernama Edward Thorndike pada awal abad ke-20.