realitaonline.id - Indeks Utama Wall Street memerah di akhir pekan ini di mana Indeks Nasdaq Composite mencatat penurunan terbesar.
Setelah laporan inflasi produsen yang lebih tinggi dari perkiraan memupus harapan penurunan suku bunga Federal Reserve dalam waktu dekat.
Berdasarkan data yang dilansir dari Reuters, indeks S&P 500 melemah 24,18 poin atau 0,48% ke level 5.005,57 poin, Nasdaq Composite drop 132,38 poin atau 0,82% ke level 15.775,65.
Pun indeks Dow Jones Industrial Average melorot 149,48 poin atau 0,37% ke level 38.627,99.
Sebagian besar saham megacap turun, dengan saham Meta Platforms anjlok 2,2% dan menyeret indeks layanan komunikasi di S&P 500 menyusut 1,56%.
Volume perdagangan saham di bursa saham Amerika Serikat (AS) mencapai 11,18 miliar saham dengan rata-rata 11,65 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.
Sebuah laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan inflasi harga produsen meningkat lebih dari perkiraan pada bulan Januari.
Menambah kekhawatiran bahwa inflasi akan meningkat setelah berbulan-bulan mengalami penurunan.
Setelah menguat selama lima minggu berturut-turut, ketiga indeks tersebut mencatatkan penurunan mingguan.
Data tersebut dapat mendorong The Fed untuk menunggu sebelum menurunkan suku bunga.
Awal pekan ini, laporan harga konsumen yang tinggi memicu aksi jual di pasar ekuitas meskipun penurunan penjualan ritel bulan Januari pada hari Kamis memicu harapan penurunan suku bunga.
“Data inflasi minggu ini pasti akan membuat The Fed setidaknya mengambil jeda hingga musim panas,” kata Carol Schleif, kepala investasi di BMO.
Imbal hasil Treasury melonjak setelah laporan tersebut karena para pedagang menambah spekulasi bahwa The Fed mungkin menunda penurunan suku bunga pertama hingga setelah bulan Juni.
“Tema higher for longer benar-benar merupakan narasi pasar yang berkelanjutan untuk suku bunga," kata Greg Bassuk, Chief Executive Officer di AXS Investments.